(Image by tirachardz on Freepik)
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental, konselor adalah salah satu profesi yang semakin dibutuhkan banyak orang. Pasalnya, profesi konselor dapat membantu seseorang untuk menghadapi masalah dalam hidup.
Lalu, apakah arti konselor sama dengan psikolog? Ternyata keduanya merupakan profesi yang berbeda, tapi peran dan fungsinya bisa saling melengkapi.
Jadi, sebetulnya konselor itu apa? Kamu bisa mencari tahu jawabannya melalui informasi yang telah dirangkum oleh Jobstreet. Mulai dari pengertian konselor, peran dan fungsi, hingga perbedaannya dari psikolog dan psikiater, semua dapat kamu temukan di bawah ini!
Menurut American Psychological Association, konselor adalah individu yang terlatih secara profesional dalam memberi saran, untuk membantu orang lain dalam membuat keputusan yang bisa mengubah sikap atau perilaku orang tersebut.
Sementara itu, konseling adalah pemberian bantuan dan bimbingan untuk membantu seseorang meningkatkan pemahaman atas kemampuan diri.
Bimbingan konseling sering kali diberikan menggunakan metode psikologis melalui sesi diskusi.
Biasanya, konselor akan mengajak klien berbicara secara tatap muka agar bisa memahami masalah mereka.
Di Indonesia, profesi konselor cukup umum ditemukan di berbagai ranah profesional, mulai dari pendidikan, psikologi, hingga kesehatan. Dari sinilah akhirnya muncul istilah yang lebih spesifik, seperti konselor pendidikan dan konselor psikologi.
Namun, meskipun bisa bekerja di ranah yang berbeda, fungsi konselor tidak jauh berbeda dari satu sama lain. Fungsi apa saja, sih, yang dimaksud?
Baca Juga: Outsourcing: Pengertian, Sistem, Jenis, dan Contohnya
(Image by Freepik)
Peran konselor dalam konseling yang paling utama adalah untuk membantu klien memecahkan masalah yang mereka hadapi. Konselor menjalankan peran dan tugas tersebut dengan memberikan sejumlah fungsi berikut ini:
Salah satu peran dan fungsi konselor adalah pemahaman.
Maksudnya, konselor berperan membantu klien untuk lebih memahami diri sendiri.
Dengan meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri, klien diharapkan mampu mengoptimalkan potensinya.
Hal itu bertujuan untuk mengatasi masalah serta beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Fungsi konselor juga turut memberi solusi atas masalah yang dihadapi klien. Biasanya konselor akan membantu klien memperbaiki kekeliruan dalam berperasaan, berpikir, dan bertindak.
Jadi, peran konselor dalam hal ini adalah melakukan “intervensi” supaya klien bisa mempunyai pola berpikir yang sehat serta perasaan yang tepat. Sehingga memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang rasional atas permasalahan yang dihadapi.
Tidak hanya konselor pendidikan atau konselor psikologi, pekerjaan konselor juga bisa kamu temukan di dunia bisnis.
Khusus untuk fungsi satu ini, biasanya peran konselor adalah untuk membimbing klien dalam pengembangan diri dan karier.
Jadi, jika karyawan merasa bingung atau tidak yakin dengan jalur karier yang ditempuh, mereka bisa mencari bantuan bimbingan dan konseling dari konselor.
Jika seorang klien mengalami krisis atau trauma, konselor dapat membantu masalah tersebut. Peran dan fungsi konselor satu ini disebut juga dengan “penyembuhan”.
Konselor akan melakukan berbagai teknik—seperti diskusi dan brainstorming—untuk memberikan bantuan kepada klien.
Namun, apabila kondisi klien sudah cukup parah atau mengkhawatirkan, biasanya konselor akan merujuk klien kepada psikolog atau psikiater.
Nah, agar konselor dapat menjalankan berbagai fungsi tersebut secara optimal, mereka harus mampu memenuhi sejumlah tugas dan tanggung jawab tertentu.
Ada apa saja?
Agar lebih mudah memahami apa yang dimaksud dengan konselor, kita perlu membahas tugas dan tanggung jawab dari profesi satu ini. Pada umumnya, konselor di Indonesia bertanggung jawab menjalankan tugas-tugas berikut:
Sebagai bagian dari kegiatan konseling, konselor akan melakukan asesmen dan diagnosis terhadap masalah klien. Sering kali, klien mendatangi konselor untuk memecahkan masalah. Tapi sebetulnya, ia belum paham betul dengan hal yang mengganggu hati dan pikiran mereka.
Nah, tugas konselor adalah membantu klien menemukan inti masalah. Untuk mendiagnosis masalah tersebut, konselor akan mengajak klien untuk berbicara. Itulah kenapa konselor harus mampu membuat klien percaya dan terbuka kepada mereka.
Berdasarkan cerita dari klien dan hasil diagnosis masalah, konselor akan menyusun rencana konseling yang sesuai. Biasanya, rencana ini mencakup terapi dan penentuan frekuensi sesi konseling yang harus dijalani oleh klien.
Selain konseling individu, konselor juga bisa melakukan konseling secara kelompok, bergantung pada kebutuhan masing-masing klien.
Sebagai salah satu bentuk psikoterapi, konseling kelompok melibatkan 8-10 orang klien. Tujuannya untuk membantu mereka lebih memahami diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sesi ini juga biasanya melibatkan kegiatan kelompok yang fokus pada pemecahan masalah.
Tak kalah penting, tugas konselor juga melibatkan pemberian tes psikologi kepada klien. Jenis tesnya tentu disesuaikan dengan hasil diagnosis masalah yang telah dilakukan. Kemudian, konselor akan menginterpretasikan hasil tes untuk memahami klien secara lebih mendalam.
Jika permasalahan yang dihadapi klien terlalu kompleks atau butuh pendekatan khusus, konselor bertugas merujuk klien ke profesional lain. Misalnya psikolog, psikiater, atau dokter spesialis lain. Tujuannya menjaga kesehatan mental dan fisik klien agar tidak semakin memperparah masalah.
Dengan kata lain, apa itu konselor memang berbeda dari psikolog dan psikiater. Meski begitu, peran dan tugas ketiganya bisa melengkapi satu sama lain.
Baca Juga: Tujuh Kebiasaan untuk Menumbuhkan Mental yang Kuat
(Image by Freepik)
Perbedaan konselor, psikolog, dan psikiater bisa dilihat dari peran dan wewenangnya. Berikut perbedaannya menurut Siloam Hospitals.
Konselor adalah profesi yang memberikan layanan konseling untuk membantu klien memahami diri sendiri dan memberi solusi atas masalah mereka. Jadi, peran konselor dalam konseling lebih banyak menangani masalah umum kehidupan sehari-hari, seperti masalah keluarga, karier, dan pasangan.
Untuk bekerja sebagai konselor, kamu harus lulus kuliah program pendidikan dengan gelar S.Pd atau M.Pd. Lalu, lanjutkan pendidikan spesialisasi di bidang konselor untuk mendapatkan gelar M.A atau M.K.
Karena bukan merupakan dokter, konselor pun tidak bisa memberikan diagnosis atas kondisi klien. Diagnosis yang diberikan hanya terbatas pada masalah yang dihadapi tersebut.
Jika masalah yang dihadapi klien butuh penanganan lebih lanjut, konselor bisa merujuk klien pada psikolog. Psikolog adalah seseorang yang menguasai ilmu psikologi. Ia telah lulus sarjana psikologi, lalu melanjutkan pendidikan Magister Psikologi Profesi untuk bisa bekerja sebagai psikolog.
Secara umum, tugas psikolog adalah mengidentifikasi pola pikir dan tanda-tanda emosional pada klien. Your Health in Mind menyebut, psikolog tidak bisa mendiagnosis kondisi medis klien maupun meresepkan obat. Jadi, psikolog bukan dokter medis, tapi seorang tenaga profesional yang fokus menangani mental health klien.
Sementara itu, psikiater memiliki background pendidikan kedokteran. Ia adalah lulusan sarjana kedokteran yang melanjutkan pendidikan spesialis kedokteran jiwa, sehingga memiliki gelar Sp.KJ. Selama pendidikan spesialis itulah psikiater mendalami ilmu tentang masalah kesehatan mental.
Jadi, psikiater bisa memberikan diagnosis medis dan meresepkan obat sesuai kondisi mental health pasien. Masalah yang ditangani pun biasanya lebih kompleks, seperti depresi akut, bipolar, gangguan kecemasan, dan skizofrenia.
Kini, terjawab sudah perbedaan konselor, psikolog, dan psikiater. Dengan peran, tugas, dan tanggung jawab yang diemban konselor, kamu mungkin jadi penasaran soal gaji yang didapatkan. Jadi, berapa gaji konselor?
Rata-rata gaji konselor di Indonesia berkisar antara Rp4.750.000 sampai Rp6.060.000 per bulannya. Perbedaan jumlah gaji bergantung pada pengalaman masing-masing konselor, kebijakan perusahaan, serta kota tempat perusahaan berada.
Jika kamu tertarik untuk menekuni profesi konselor, terdapat beberapa skill yang perlu kamu kuasai. Apa saja skill yang dimaksud?
Tidak sembarang orang bisa menjadi konselor. Selain harus lulus sarjana pendidikan dan program spesialisasi di bidang konselor, kamu juga perlu menguasai sejumlah skill berikut ini:
Masih ingat, kan, apa yang dimaksud dengan konselor? Profesi satu ini bertugas membantu klien meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, sehingga ia bisa mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan menemukan solusinya.
Untuk menjalankan tugas tersebut, konselor harus mampu “memancing” klien untuk terbuka dan menceritakan hal-hal yang mengganjal perasaan dan pikiran mereka. Hal tersebut membutuhkan keterampilan komunikasi dan interpersonal yang baik, baik secara verbal maupun non-verbal.
Selain komunikasi, skill mendengarkan secara aktif juga termasuk syarat konselor yang utama. Saat sesi konseling, klien akan menceritakan masalah yang mereka alami. Sebagai konselor, kamu harus mampu mendengarkan klien dengan penuh empati.
Selama klien bercerita, tunjukkan bahwa kamu mendengarkannya dengan baik; bisa dengan menjaga kontak mata atau sesekali menganggukkan kepala.
Lalu, setelah klien selesai berbicara, coba simpulkan secara singkat cerita klien untuk memastikan bahwa kamu memahami permasalahan klien dengan benar. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya misjudgment.
Mendengarkan dengan aktif juga perlu melibatkan empati. Artinya, selama mendengarkan klien bercerita, coba posisikan dirimu sebagai klien agar kamu bisa lebih memahami perasaan, pikiran, dan keadaan mereka.
Dengan begitu, kamu punya sudut pandang yang lebih dekat dengan kondisi klien, sehingga membantu kamu untuk mengidentifikasi masalah mereka secara lebih tepat. Itulah kenapa memiliki kemampuan empati juga termasuk syarat menjadi konselor.
Jika melihat kembali pengertian konselor, profesi satu ini bertugas memberikan layanan konseling untuk membantu orang memaksimalkan potensi diri dan memecahkan masalah.
Hal tersebut tentu tidak bisa dilakukan hanya dalam satu kali sesi konseling, dan prosesnya akan lebih mudah jika klien percaya terhadap konselor. Nah, kepercayaan tersebut hanya bisa terbentuk dari membangun hubungan yang positif.
Oleh sebab itu, konselor harus mampu menjaga hubungan yang baik dengan klien. Ciptakan ruang aman, nyaman, dan bebas judgment sehingga klien mau membuka diri untuk bercerita.
Pekerjaan konselor memang lebih banyak bersinggungan dengan masalah umum dalam kehidupan. Meski begitu, pengetahuan tentang psikologi dan kesehatan mental tetap menjadi syarat konselor yang tidak boleh dilewatkan.
Kedua pengetahuan ini dapat membantu kamu untuk memahami pola perilaku klien. Jadi, jika ada perilaku klien yang menunjukkan gejala masalah mental health dan butuh penanganan lebih lanjut, kamu bisa merujuknya ke psikolog atau psikiater.
Kini, kamu telah mengetahui konselor itu apa beserta detail pekerjaannya. Konselor berbeda dari psikolog yang memiliki background pendidikan psikolog dan psikiater yang merupakan dokter spesialis kejiwaan. Konselor adalah lulusan sarjana pendidikan yang menempuh program profesi konselor.
Tugasnya fokus memberikan layanan konseling untuk membantu klien memaksimalkan potensi diri agar bisa mengatasi masalah. Untuk itu, kamu perlu memiliki berbagai skill yang telah disebutkan.
Kembangkan terus keterampilan kamu melalui berbagai resource, termasuk dengan mengakses blog Jobstreet.
Blog Jobstreet menyediakan banyak insight menarik seputar dunia kerja. Masih di platform Jobstreet, kamu juga bisa mengeksplor ribuan lowongan kerja sesuai preferensi, termasuk di bidang konseling!
Yuk, download aplikasi mobile Jobstreet melalui Apple App Store atau Google Play Store agar lebih mudah mengakses konten-kontennya dan menelusuri opsi dunia kerja lainnya!
Baca Juga: 5 Cara Menjelaskan Career Break Agar Sukses Pengembangan Karir
Ya, konseling adalah terapi yang umumnya dilakukan selama enam minggu sampai enam bulan untuk membantu klien mengatasi masalah hidup.
Tidak semua orang bisa menjadi konselor. Sebagai syarat menjadi konselor, kamu harus lulus kuliah program pendidikan dengan gelar S.Pd atau M.Pd, lalu melanjutkan pendidikan spesialisasi di bidang konselor untuk mendapatkan gelar M.A atau M.K.
Idealnya, waktu pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi konselor adalah sekitar 5-6 tahun. Kamu harus kuliah sarjana pendidikan selama 3,5-4 tahun untuk mendapatkan gelar S.Pd atau M.Pd. Kemudian, kamu perlu melanjutkan pendidikan profesi konselor selama 1-2 tahun.
Konselor bisa bekerja di berbagai bidang; mulai dari pendidikan, kesehatan, bisnis, industri, konseling masyarakat, hingga penanganan bencana alam.
Secara umum, tugas seorang konselor meliputi hal-hal berikut ini:
- Melakukan asesmen dan diagnosis;
- Menyusun rencana konseling;
- Melakukan konseling individu dan kelompok;
- Memberikan tes psikologi dan interpretasi hasil;
- Merujuk klien ke profesional lain.