Dulu, istilah storytelling sangat identik dengan dunia literatur, seperti dalam bentuk novel, cerita pendek, puisi, atau sajak.
Namun, kini storytelling telah berkembang sebagai teknik marketing yang ampuh. Kalau kamu pernah terharu atau tertawa saat melihat suatu iklan, artinya iklan tersebut berhasil menerapkan teknik storytelling.
Reaksi emosional tersebut sejalan dengan hasil survei dari Sprout Social. Menurut data, sebanyak 64% konsumen menginginkan brand yang terhubung dengan mereka secara emosional.
Nah, storytelling adalah teknik marketing yang dapat membantumu melakukan hal tersebut.
Lantas, seperti apa bentuk storytelling dalam marketing? Bagaimana pengaruhnya terhadap bisnis, dan bagaimana cara menerapkannya dengan efektif?
Yuk, pelajari seluk-beluk storytelling dengan membaca artikel ini. Kamu juga akan menemukan beberapa contoh storytelling, lho!
Dalam bahasa Indonesia, arti storytelling adalah bercerita. Sementara dalam konteks marketing, storytelling artinya mengomunikasikan pesan promosi dengan menggabungkan fakta dan narasi.
Dengan teknik bercerita, kamu bisa menggugah emosi audiens sehingga mereka tergerak untuk melakukan tindakan tertentu. Sebagai contoh, storytelling yang baik dalam iklan pemasaran bisa membuat audiens untuk membeli suatu produk.
Jika diterapkan dengan baik, storytelling marketing juga dapat membuat brand-mu lebih hidup. Hal ini pun bisa memperkuat hubunganmu dengan target audiens.
Dalam praktiknya, ada alasan lain mengapa storytelling menjadi skill penting untuk marketer. Apa saja alasan tersebut?
Dilansir dari Leapmesh, teknik storytelling marketing tumbuh 46% pada tahun 2024. Artinya, makin banyak marketer yang menggunakan storytelling untuk pemasaran.
Tingginya popularitas storytelling marketing tidak terlepas dari berbagai manfaat berikut ini:
Menurut data, 92% konsumen menginginkan brand membuat iklan yang mengutamakan cerita. Jadi, dengan menerapkan teknik storytelling dalam pemasaran, kamu bisa lebih mudah menarik perhatian target audiens.
Ketika target audiens sudah tertarik dengan kontenmu, kamu pun bisa lebih mudah membangun koneksi dengan mereka.
Kamu juga bisa meningkatkan brand engagement melalui teknik cerita. Sebab, konten berbentuk cerita terbukti 22 kali lebih menarik daripada konten yang langsung menonjolkan keunggulan atau kelebihan produk.
Lalu, saat target audiens tertarik dengan konten yang kamu buat, biasanya mereka akan membagikannya secara sukarela. Hasilnya, shareability kontenmu pun akan meningkat. Hal itu tentu jadi indikator positif kesuksesan sebuah iklan atau campaign.
Dengan shareability konten yang meningkat, akan ada lebih banyak orang yang mengetahui brand atau produk dalam iklan. Artinya, storytelling marketing juga bisa membantu membangun brand awareness.
Setelah mengetahui eksistensi brand melalui teknik cerita yang menarik, target market pun akan tertarik membeli produk. Pada akhirnya, hal itu akan membantu kamu dan perusahaan membangun brand loyalty.
Melalui konten storytelling, kamu dapat menyampaikan suatu pesan dengan menarik. Hal itu nantinya bisa membentuk brand image yang berkesan di benak audiens.
Brand image inilah yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Selama kamu konsisten menjaga brand image yang positif, target audiens pun tidak akan ragu membeli produkmu.
Return on investment (ROI) adalah rasio untung atau rugi dari suatu investasi, jika dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan untuk investasi tersebut.
Manfaat ROI kerap menjadi salah satu metrik untuk mengukur kesuksesan strategi marketing.
Nah, pemasaran storytelling juga bisa membantu meningkatkan ROI dalam strategi marketing. Pasalnya, teknik satu ini mampu mencuri perhatian audiens dengan narasi yang menarik.
Lantas, storytelling seperti apa yang harus diterapkan untuk pemasaran? Yuk, kita kenalan dengan jenis-jenis storytelling terlebih dulu!
Secara umum, storytelling terbagi menjadi storytelling brand, produk, konsumen, edukasi, inspiratif, dan humor. Berikut penjelasan selengkapnya:
Brand storytelling adalah konten cerita tentang brand yang umumnya membahas soal asal-usul, nilai-nilai yang dianut, atau kisah founder.
Tujuan brand storytelling adalah membangun brand awareness, sehingga target audiens tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang brand-mu.
Selain itu, brand storytelling juga dapat memberikan konteks kepada audiens tentang tujuan brand.
Storytelling jenis ini berfokus pada cerita di balik penciptaan produk. Tujuannya untuk menyampaikan unique selling point produk, menekankan kualitas, hingga bagaimana produk bisa memenuhi kebutuhan konsumen.
Banyak konten storytelling produk yang bisa kamu eksplor. Contohnya, proses behind-the-scene, cara produk menangani suatu masalah, dan konten tentang teknologi mutakhir dalam proses produksi.
Kamu juga bisa menggunakan storytelling untuk menceritakan bagaimana produkmu memengaruhi hidup konsumen.
Biasanya, para marketer memakai pengalaman nyata konsumen untuk membuat konten jenis ini. Adapun contoh storytelling konsumen adalah konten studi kasus dan testimoni.
Melalui storytelling konsumen, kamu bisa menunjukkan dampak produk secara langsung. Dengan begitu, target audiens akan lebih percaya pada kualitas produk.
Hal itu pada akhirnya bisa membantu mendorong konsumen untuk melakukan tindakan lanjutan, seperti membeli produk.
Kamu sempat menonton iklan viral “Don’t know? Kasih no!” dari BCA. Melalui konten tersebut, BCA berusaha mengingatkan nasabah agar lebih waspada terhadap penipuan online. Mereka mengemas konten dengan narasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Nah, konten tersebut termasuk contoh digital storytelling bersifat edukatif untuk mengedukasi audiens tentang isu tertentu. Penggunaan teknik storytelling edukasi tidak hanya bisa menarik atensi audiens dengan lebih mudah. Namun, teknik ini juga membuat mereka lebih mudah menerima pesan.
Storytelling inspiratif biasanya ditujukan untuk membangkitkan sisi emosional target audiens. Caranya dengan membuat konten yang relevan dengan pain point mereka.
Pain point adalah masalah spesifik yang dialami oleh target audiens di keseharian mereka.
Jadi, ketika melihat konten buatanmu, audiens jadi merasa terwakilkan. Alhasil, mereka akan menilaimu sebagai brand yang mampu memahami pelanggan.
Humor yang tepat mampu mencuri perhatian audiens secara efektif. Selain itu, konten storytelling humor juga bisa meningkatkan engagement dan menciptakan koneksi emosional dengan audiens.
Contoh storytelling humor adalah seperti penggunaan meme atau parodi tren viral.
Namun, kamu harus berhati-hati dalam membuat storytelling humor. Pastikan humor tersebut relevan dengan target audiens, ya. Hindari juga membuat konten humor yang kontroversial atau dapat menyinggung orang lain dan pihak tertentu.
Baca Juga: Apa Itu Branding? 6 Alasan Kenapa Penting dalam Marketing
Berbagai jenis storytelling di atas bisa kamu terapkan dalam banyak tipe konten. Berikut beberapa contoh yang dapat kamu jadikan referensi:
Salah satu bentuk umum storytelling marketing adalah tulisan online. Nah, konten tulisan ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis seperti e-book, artikel, dan postingan blog.
Biasanya, e-book cocok untuk konten storytelling panjang yang bersifat informatif dan edukatif.
Di sisi lain, artikel dan postingan blog ditujukan untuk meningkatkan peringkat website perusahaan atau produk di hasil pencarian online. Caranya dengan menerapkan strategi SEO atau Search Engine Optimization.
Kamu bisa menggunakan media sosial untuk melakukan digital storytelling. Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah memilih platform media sosial yang sesuai dengan target audiens.
Setelah itu, manfaatkan fitur-fiturnya untuk membuat konten cerita yang interaktif agar dapat meningkatkan engagement.
Untuk menonjolkan cerita, buatlah narasi konten terlebih dulu. Misalnya, kamu bisa mengunggah foto pelanggan dan menuliskan cerita inspiratif mereka selama memakai produkmu.
Masih ingat dengan konten dari BCA yang disebutkan sebelumnya? Konten tersebut merupakan contoh video marketing.
Konten kampanye BCA “Don’t know? Kasih no!” juga termasuk digital storytelling karena menggunakan platform online seperti media sosial untuk promosi.
Bahkan, konten TikTok atau Reels di Instagram juga termasuk video marketing, lho.
Agar video storytelling kamu bisa menggaet audiens, buatlah konten yang menginspirasi dan relatable. Selain itu, jangan lupa menggunakan audio menarik atau musik yang sedang viral untuk mendukung isi cerita.
Satu lagi contoh digital storytelling, yaitu email. Kalau dibandingkan dengan media sosial, email mungkin terkesan “jadul”. Namun, email masih menjadi media yang cukup efektif untuk membuat konten storytelling.
Melalui email marketing, konten storytelling akan langsung masuk ke inbox pelanggan. Hal itu secara tidak langsung membuat hubungan antara perusahaan dan konsumen jadi lebih personal.
Apalagi menurut Hubspot, email juga menempati peringkat ke-3 sebagai channel marketing dengan ROI tertinggi.
Setelah mengetahui jenis dan contoh storytelling dalam marketing, kini saatnya kamu mulai membuat konten sendiri. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk membuat konten storytelling yang menarik:
Salah satu tujuan utama storytelling marketing adalah menggugah emosi orang. Jadi, konten marketing harus menarik dan relevan dengan mereka.
Jadi, sebelum membuat konten, kenali dulu siapa target audiensmu. Lakukan riset audiens untuk memahami masalah, kebutuhan, dan hal-hal yang mereka sukai.
Dengan begitu, nantinya kamu bisa membuat konten dengan narasi dan bahasa yang tepat.
Apa tujuan yang ingin kamu capai melalui storytelling marketing? Apakah untuk meningkatkan brand awareness, brand engagement, atau mungkin penjualan produk?
Tentukan tujuan tersebut secara jelas dan masuk akal agar kamu bisa menentukan strategi konten yang sesuai.
Agar lebih mudah, kamu bisa menggunakan metode SMART untuk membuat tujuan yang spesifik, dapat diukur, realistis, relevan, dan memiliki tenggat waktu.
Berdasarkan riset audiens dan tujuan storytelling, tentukan nilai atau pesan utama yang ingin kamu sampaikan melalui konten.
Kembangkan pesan moral tersebut menjadi cerita yang autentik dan relatable. Tak lupa, pastikan struktur storytelling-nya rapi sehingga mudah dipahami.
Agar cerita semakin relevan, pertimbangkan pula bentuk konten yang akan kamu buat. Misalnya kalau target audiensmu adalah milenial dan Gen Z, bercerita melalui video pendek seperti TikTok dan reels Instagram merupakan pilihan tepat.
Intinya, pastikan cerita yang kamu bangun dan platform yang kamu pilih sesuai dengan target audiens.
Untuk memaksimalkan pemasaran, biasanya marketer melakukan promosi di beberapa platform sekaligus. Nah, usahakan untuk menerapkan teknik storytelling pada setiap platform tersebut.
Dengan begitu, konten-kontenmu dapat mencuri perhatian audiens di banyak tempat. Di sisi lain, konten pemasaranmu juga bakal terlihat konsisten.
Jangan lupa menetapkan metrik-metrik khusus untuk mengukur efektivitas storytelling. Sesuaikan metrik dengan tujuan yang mau kamu capai.
Beberapa contoh metrik konten yang umum digunakan adalah traffic, engagement rate, bounce rate, impression, ROI, dan conversion rate.
Setelah memilih berbagai faktordi atas, lakukan analisis terhadap hasil pengukuran metrik. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui bagian mana saja yang sudah maupun belum efektif dalam konten storytelling.
Berdasarkan hasil analisis, lakukan penyesuaian untuk meningkatkan performa pada konten berikutnya.
Lebih dari sekadar teknik pemasaran, storytelling merupakan sebuah seni bercerita. Kamu bisa meningkatkan kemampuan tersebut dengan beberapa cara berikut ini:
Agar bisa menghasilkan output storytelling yang maksimal, kamu perlu memperkaya bacaan. Bacalah karya-karya fiksi untuk membiasakan diri dengan narasi. Di samping itu, tingkatkan wawasan dengan membaca buku dan artikel tentang storytelling.
Kamu juga bisa mengikuti workshop dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan storytelling. Biasanya, acara seperti ini mempunyai sesi khusus praktik.
Jadi, kamu pun bisa langsung latihan membuat konten storytelling berdasarkan materi yang didapat.
Berbekal ilmu yang telah kamu pelajari, coba ceritakan kisahmu dalam gaya bahasamu sendiri.
Luangkan waktu untuk berlatih secara rutin hingga kamu menemukan struktur storytelling yang paling nyaman bagimu.
Belajar storytelling bakal lebih seru kalau kamu dikelilingi orang-orang dengan tujuan yang sama.
Jika memungkinkan, bergabunglah dengan komunitas storytelling yang ada di lingkunganmu. Alternatifnya, kamu juga bisa membentuk komunitas sendiri dengan rekan kerja.
Untuk menambah ilmu, belajarlah dari para storyteller sukses di bidang marketing. Mereka bisa merupakan sosok individu atau brand yang membuat konten-konten storytelling kreatif dan memiliki pesan moral.
Dari situ, coba analisis konten buatan mereka untuk menambah referensi kamu.
Storytelling marketing adalah teknik mengomunikasikan pesan promosi dengan menggabungkan fakta dan narasi.
Melalui storytelling marketing, kamu bisa menarik perhatian audiens, membangun koneksi dengan mereka, membangun brand awareness, hingga meningkatkan engagement dan ROI.
Mengingat pentingnya storytelling untuk menggaet audiens dan konsumen, kamu yang ingin berkarier di bidang marketing pun wajib menguasai skill ini.
Kamu tertarik membangun karier di bidang marketing dan menerapkan teknik storytelling untuk promosi? Temukan banyak lowongan kerja marketing hanya di situs dan aplikasi Jobstreet.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dari banyak pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet. Butuh teman diskusi soal karier untuk memperluas networking? Gabung Komunitas Jobstreet, sekarang!
Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!
Baca Juga: Cara Menggunakan Facebook Creator Studio untuk Digital Marketing