Apakah ada di antara kamu yang tertarik bekerja di bidang social media marketing? Wah, mulai sekarang kamu harus lebih terbiasa dengan engagement!
Pengertian engagement adalah hal yang bisa membantu perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan. Jika diartikan langsung ke bahasa Indonesia, engagement adalah keterlibatan.
Namun, dalam konteks marketing, khususnya pemasaran digital dan media sosial, istilah engagement merujuk pada hal yang berbeda.
Memangnya, apa itu engagement dalam bidang social media marketing? Yuk, kita kulik sama-sama!
Pengertian engagement adalah interaksi dan keterlibatan yang terjadi antara perusahaan atau brand dengan para pengguna media sosial. Contoh dari engagement adalah ketika audiens memberi like dan komentar pada konten media sosial milik brand.
Perusahaan menjadikan engagement sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dalam melakukan social media marketing. Itulah kenapa banyak juga yang menyebut engagement dengan istilah engagement social media.
Ada alasan khusus mengapa banyak perusahaan atau brand sangat memperhatikan engagement social media pada era sekarang.
Lewat interaksi dua arah dengan audiens, perusahaan akan mampu menciptakan brand experience yang positif.
Apalagi, menurut data Customer Service Statistics, perusahaan dengan tingkat engagement tinggi dapat menghasilkan penjualan hingga 51% lebih banyak daripada mereka yang tidak.
Dengan kata lain, engagement marketing yang efektif mampu meningkatkan pemasukan perusahaan.
Saat seseorang berinteraksi dengan suatu brand melalui media sosial, ia biasanya disebut sebagai engaged audience atau engaged customers. Namun, kamu perlu membedakan antara istilah engaged dan engagement, ya.
Saat mendengar kata engaged, hal apa yang muncul dalam pikiranmu? Umumnya, orang-orang akan langsung berpikir tentang orang yang telah bertunangan, ya.
Namun, dalam konteks social media marketing, kata engaged biasanya digunakan untuk menyebut audiens yang aktif terlibat berinteraksi dengan brand.
Secara garis besar, engaged merujuk kepada audiens. Seorang audiens bisa dikatakan engaged jika dia memberi komentar, like, atau bahkan secara suka rela menyebarkan konten sebuah brand di sosial media.
Di lain sisi, engagement adalah isitilah untuk menggambarkan interaksi antara brand dan audiens di sosial media.
Memangnya seperti apa, sih, bentuk social media engagement antara brand dan audiens?
Social media engagement adalah aktivitas yang beragam. Artinya, ada banyak cara yang bisa dilakukan audiens untuk terlibat aktif dengan jenis konten media sosial milik brand.
Secara umum, contoh engagement di media sosial terbagi menjadi dua, yakni yang bersifat organik dan berbayar (paid engagement).
Engagement organik adalah keterlibatan yang terjadi secara alami antara audiens dengan postingan konten. Contohnya adalah ketika audiens memberikan like pada konten di Facebook, share konten TikTok ke platform lain, atau repost konten di X (Twitter).
Sementara itu, paid engagement merupakan interaksi yang didapatkan melalui iklan berbayar. Contohnya seperti sponsored posts di Instagram atau promoted posts di platform X.
Namun, terlepas dari jenisnya, engagement sosmed adalah hal yang penting bagi brand. Apa alasannya?
Pada dasarnya, media sosial adalah platform untuk bersosialisasi secara online dengan orang lain. Seiring meningkatnya pengguna media sosial, banyak brand memanfaatkannya untuk mempromosikan produk mereka.
Namun, caranya bukan dengan berjualan terang-terangan, melainkan merangkul audiens melalui komunikasi efektif dan jenis konten-konten yang relatable. Tujuannya adalah untuk membuat audiens memiliki keterlibatan aktif dan positif dengan brand.
Dengan engagement yang baik di media sosial, brand akan mendapatkan berbagai manfaat seperti:
Namun, bagaimana brand bisa tahu bahwa mereka telah melakukan social media engagement dengan baik? Biasanya, mereka menggunakan sejumlah metrik untuk mengukur keberhasilan engagement di media sosial.
Baca Juga: Ini Loh, 5 Jenis Pekerjaan Marketing yang Sering Diminati!
Dalam setiap media sosial, biasanya brand menggunakan metrik berbeda sebagai patokan keberhasilan engagement marketing. Pasalnya, setiap platform memiliki sistem masing-masing bagi pengguna untuk mengapresiasi konten yang mereka lihat.
Secara umum, metrik-metrik yang kerap digunakan brand untuk mengidentifikasi tingkat engagment di media sosial adalah sebagai berikut:
Dengan menggunakan metrik-metrik tersebut, brand akan mengukur tingkat engagement social media melalui berbagai cara. Ada apa saja?
Kini, kamu sudah tahu metrik-metrik yang harus diperhatikan untuk mengetahui tingkat engagement di media sosial.
Namun, metrik bukanlah alat ukur engagement. Cara mengukur rate social media engagement adalah dengan menggunakan berbagai formula berikut:
Formula satu ini kamu gunakan untuk menghitung total engagement rate secara harian. Namun, daily engagement rate (ER) tidak dapat membedakan mana followers yang melakukan engagement hanya sekali dalam sehari dengan followers yang melakukannya berulang kali.
Untung mengetahui daily ER, kamu bisa menggunakan formula:
Brand biasanya menggunakan engagement rate by post (ERP) untuk mengukur reaksi followers terhadap suatu postingan, terutama jika konten tersebut mempunyai tingkat reach yang sering berubah-ubah. Rumus menghitungnya adalah seperti berikut:
Arti engagement rate by reach (ERR) adalah tingkat engagement yang dihitung berdasarkan jumlah reach tanpa mempertimbangkan followers.
Formula ini dinilai lebih akurat dalam menghitung engagement karena tidak semua followers melihat post yang di-upload ke media sosial.
Cara menghitung ERR adalah dengan menggunakan rumus berikut:
Formula engagement rate by view (ER View) idealnya dipakai untuk mengukur engagement pada konten video berdasarkan views. Namun, views tersebut bersifat generik.
Sebagai contoh, 2.000 views bisa saja berasal dari 500 audiens yang melihat video kamu berulang kali.
Nah, kamu dapat menghitung ER View dengan rumus berikut:
Berbekal seluruh formula di atas, kini kamu bisa mengukur tingkat engagement berdasarkan metrik yang diinginkan.
Jadi, jika seandainya hasil rate engagement social media adalah di bawah target, kamu bisa segera menentukan langkah untuk meningkatkannya.
Jangan berkecil hati kalau engagement yang kamu dapatkan di media sosial belum mencapai target. Engagement sosmed adalah sesuatu yang bersifat dinamis.
Jadi, kamu bisa terus meningkatkannya dengan menerapkan beberapa tips berikut ini:
Sesuai penjelasan di atas, social engagement adalah tingkat interaksi audiens dengan brand yang melibatkan beberapa metrik tertentu, seperti likes, shares, dan comments.
Nah, supaya bisa menaikkan engagement rate secara optimal, cari tahu dulu metrik apa yang ingin kamu tingkatkan. Tiap media sosial biasanya sudah menyediakan analytic tool yang menampilkan info jumlah metrik.
Berdasarkan info tersebut, dapat diketahui metrik mana saja yang memberikan performa baik dan yang perlu ditingkatkan lagi. Dengan begini, kamu bisa lebih fokus menaikkan engagement berdasarkan metrik-metrik tertentu.
Selanjutnya, jabarkan tiap metrik yang akan kamu gunakan beserta tujuannya. Sebagai contoh, katakanlah kamu ingin meningkatkan jangkauan suatu post di Instagram. Maka, tentukan metrik yang tepat untuk mendukung tujuan tersebut, misalnya berupa shares dan views.
Kemudian, tetapkan target angka yang jelas untuk tiap metrik, seperti 10.000 shares atau 1 juta views. Dengan adanya angka spesifik, akan lebih mudah bagi kamu untuk mengukur tingkat keberhasilan engagement nantinya.
Tiap media sosial punya karakteristik yang berbeda dalam hal engagement. Contohnya, engagment di Twitter berarti suatu post memiliki banyak reposts, likes, replies, dan bookmarks. Hal ini berbeda dari TikTok yang cenderung lebih fokus pada shares dan views.
Oleh sebab itu, pahami dulu media sosial yang akan kamu gunakan untuk mendapatkan engagement. Sesuaikan pilihan platform dengan target audiens kamu.
Misalnya, jika target audiens utama kamu berasal dari kalangan Gen Z, platform Instagram dan TikTok bisa menjadi opsi tepat.
Tak kalah penting, pelajari pula fitur-fitur yang tersedia pada platform media sosial pilihan kamu. Hal ini akan membantu kamu dalam menavigasi interface media sosial sehingga bisa lebih mudah berinteraksi dengan audiens.
Bagaimana pun juga, konten menjadi faktor utama mengapa seseorang tertarik berinteraksi dengan brand. Karena itu, kamu perlu “kenalan” dengan mereka terlebih dulu untuk menarik perhatian target audiens.
Lakukan riset audiens untuk mengetahui demografis mereka, mulai dari usia, tempat tinggal, gaya hidup, hingga hal-hal yang menjadi ketertarikan mereka. Kemudian, buatlah konten yang sesuai dengan hasil riset tersebut.
Tak kalah penting, pastikan pula gaya komunikasi brand di media sosial sesuai dengan audiens. Misalnya kalau target audiensmu berasal dari kalangan anak muda, gunakan bahasa yang kasual dan menyertakan emotikon.
Jenis postingan di media sosial sangat beragam, lho. Tiap platform bahkan memiliki tipe post andalan masing-masing untuk menggaet engagement audiens. Jadi, sebaiknya jangan terpaku hanya pada satu jenis postingan saat melakukan social media engagement.
Sebagai contoh, Instagram punya fitur feed, reels, sampai stories yang bisa kamu kombinasikan untuk memancing engagement secara optimal. Supaya komponen postingan seimbang, buatlah editorial plan untuk tiap media sosial.
Pada editorial plan, tulislah rencana pembuatan konten secara rinci: mulai dari jenis dan topik konten, caption yang akan ditulis, aset visual yang akan digunakan, hingga jadwal posting.
Semakin banyak orang yang mengetahui konten buatanmu, akan semakin besar pula tingkat engagement yang bisa didapatkan. Wujudkan hal tersebut dengan membuat konten yang mudah di-share orang-orang.
Biasanya, orang cenderung akan share konten yang dinilai relevan atau relatable dengan mereka. Oleh sebab itu, kenali target audiensmu dengan baik supaya kamu bisa membuat konten yang membuat mereka berkata, “Ini aku banget!”
Alternatifnya, kamu juga bisa membuat konten yang mengikuti tren atau hal-hal viral terkini. Namun, sebaiknya jangan memaksa kalau seandainya tren viral tersebut kurang sejalan dengan value brand kamu.
Selain menawarkan fitur berbeda, tiap media sosial juga mempunyai prime time tersediri. Prime time adalah waktu terbaik untuk posting di media sosial. Pada waktu inilah biasanya konten kamu bisa mendapatkan engagement secara maksimal.
Maka dari itu, cari tahu waktu paling tepat untuk post konten di media sosial. Tenang saja, biasanya tiap platform menyajikan info tentang hal ini yang bisa kamu akses melalui analytic tool.
Dengan memperhatikan berbagai tips di atas, kamu bisa mulai merancang strategi konten untuk mendapatkan engagement maksimal dari target audiens. Kalau masih bingung harus membuat konten yang seperti apa, kamu bisa intip beberapa ide di bawah ini!
Membuat konten yang menarik di media sosial memang cukup menantang. Sebagai inspirasi, kamu bisa mencari tahu beberapa contoh ide posting konten untuk mendapatkan engagement di bawah ini:
Giveaway adalah konten bagi-bagi hadiah kepada audiens. Bentuk hadiah biasanya berupa produk yang kamu jual atau hal lain yang sesuai dengan minat audiens.
Supaya giveaway berjalan efektif, tentukan aktivitas yang harus dilakukan peserta giveaway untuk mendapatkan hadiah. Pastikan aktivitas tersebut dapat menaikkan engagement secara menyeluruh, misalnya follow akun, like postingan, serta share postingan di akun masing-masing.
Beberapa media sosial, seperti Instagram, memiliki fitur tanya-jawab atau Q&A. Manfaatkan fitur ini untuk mengadakan sesi Q&A dengan audiens, di mana mereka bisa menanyakan berbagai hal seputar produk kamu. Komunikasi dua arah seperti ini dapat meningkatkan engagement.
Pada sesi Q&A, sesekali jawablah pertanyaan menggunakan video. Hal ini bisa kamu lakukan di Instagram dan TikTok. Saat menjawab dengan video, biasanya interaksi akan meningkat karena audiens merasa mendapat perhatian khusus dari brand.
Ajak audiens seru-seruan dengan membuat konten polling, seperti yang tersedia di Instagram dan X. Melalui polling, audiens dapat berpartisipasi memberikan suara mereka terkait topik yang kamu berikan.
Sebagai contoh, kamu bisa menggunakan polling saat ingin memilih bentuk kemasan pada produk baru atau sekadar fun quiz tentang pop culture yang relate dengan audiens.
culture yang relate dengan audiens.
Bagi yang ingin menaikkan engagement di TikTok, kamu bisa mengajak audiens membuat konten duet. Banyak ide yang bisa dieksplor, seperti meminta audiens re-create resep masakan atau melakukan dance challenge dengan gerakan yang sudah kamu tentukan.
Dengan mengetahui apa itu engagement dalam konteks marketing, kini kamu punya bekal dasar untuk mendalami ilmu tersebut sampai menguasai skill engagement media sosial. Hal itu bakal menjadi nilai plus buat kamu yang ingin berkarier di bidang digital marketing.
Menurut data Jobstreet by SEEK, rata-rata gaji digital marketing di Indonesia mencapai Rp 3.900.000 hingga Rp 6.900.000 per bulan. Angka gaji itu tentu bisa meningkat tergantung pengalaman, jabatan, dan skill.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menembus pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK. Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!