Empathic listening adalah salah satu skill penting dalam komunikasi interpersonal. Apalagi, ternyata manusia secara umum menghabiskan 45% waktu komunikasi dengan mendengarkan. Artinya, aktivitas mendengarkan memang berpengaruh besar terhadap efektivitas komunikasi.
Namun, mendengarkan biasa saja belum cukup. Kamu perlu menerapkan empathic atau empathetic listening untuk lebih memahami emosi dan sudut pandang lawan bicara. Dengan begitu, interaksi kamu dengan orang tersebut akan semakin kuat.
Nah, mengingat pentingnya empathic atau empathetic listening, kamu perlu menguasai skill satu ini untuk mendukung dan meningkatkan komunikasi interpersonal kamu di berbagai situasi termasuk dunia kerja.
Dalam artikel ini, kita akan belajar seluk-beluk empathetic listening, mulai dari definisi, manfaat, sampai strategi untuk meningkatkannya. Yuk, kita pelajari bersama!
Dalam bahasa Indonesia, empathetic artinya empati. Kata empathetic merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami perasaan, sudut pandang, dan pengalaman orang lain. Lantas, apa arti empathetic atau empathic listening?
Empathic listening adalah teknik mendengarkan orang lain dengan memahami perasaan dan sudut pandang orang tersebut. Menurut Verywell Mind, empathic listening lebih dari sekadar mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara, tapi juga memahami perasaan, pengalaman emosional, dan makna setiap kata-kata yang mereka ucapkan.
Kalau kamu pernah mendengar tentang active listening, empathic listening bisa dibilang cukup mirip. Baik active listening dan empathic listening mengharuskan kamu untuk memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara. Tujuannya adalah memahami keadaan orang tersebut dengan lebih baik.
Dengan menguasai skill ini, kamu akan mampu menangkap persepsi, motivasi, dan kebutuhan lawan bicara sesuai konteks komunikasi.
Tidak berhenti sampai di situ, masih ada manfaat lain yang bisa kamu rasakan dari empathic listening. Cari tahu informasi selengkapnya pada poin berikut!
Empathic atau empathetic listening merupakan salah satu skill yang powerful. Mendengarkan secara empathetic artinya kamu berusaha menangkap emosi, perspektif, dan pengalaman lawan bicara. Dari sinilah kamu dapat memahami maksud di balik setiap perkataan mereka.
Dengan begitu, kamu bisa tahu bagaimana cara merespons yang tepat sesuai kondisi lawan bicara. Hal ini akan membuat mereka merasa dihargai, sehingga tercipta koneksi emosional yang lebih kuat.
Ketika kamu berhasil merespons lawan bicara dengan tepat, efektivitas komunikasi interpersonal dalam kehidupan personal dan profesional kamu akan meningkat. Alhasil, ketika muncul konflik, kamu tidak akan gegabah bereaksi memahami sudut pandang orang lain.
Dengan demikian, hubunganmu dengan orang-orang di sekitar akan semakin kuat. Di sisi lain, mereka juga akan melihatmu sebagai teman “in the safe space” yang tidak mudah menghakimi.
Nah, untuk merasakan seluruh manfaat empathetic listening, terdapat beberapa komponen yang perlu kamu perhatikan. Apa saja?
Secara umum, empathic listening terdiri dari tiga komponen utama, yaitu empathy, open-mindedness, dan sikap non-judgmental. Mari kita bahas satu per satu di bawah ini!
Empathy atau empathetic adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi lawan bicara. Maksud menempatkan diri adalah memahami perasaan, pengalaman, dan sudut pandang lawan bicara dengan sungguh-sungguh.
Ketika mendengarkan dengan empati, kamu menunjukkan sikap pengertian dan kepedulian terhadap lawan bicara. Jadi, komunikasi bisa berjalan efektif karena kamu mampu memahami lawan bicara dan memberi respon yang sesuai. Secara garis besar, skill ini membutuhkan kemampuan menyimak, mengidentifikasi, dan menghargai orang lain.
Setelah berusaha mendengarkan dan memahami orang lain, bagaimana jika feedback orang tersebut berbeda dari apa yang kamu harapkan? Nah, di sinilah open-mindedness berperan penting.
Open-mindedness adalah keterbukaan pikiran terhadap opini baru atau berbeda. Dengan memiliki pikiran terbuka, kamu tidak dengan mudah menganggap opinimu yang paling benar. Sebaliknya, sikap tersebut justru membantumu untuk melihat suatu isu dari berbagai sudut pandang.
Saat menerapkan empathic listening, kamu tidak boleh bersikap judgmental atau menghakimi. Setelah mendengarkan perkataan lawan bicara, jangan buru-buru memberikan respons, ya. Pertahankan sikap positif dan suportif, bahkan saat opini mereka berbeda darimu.
Tak kalah penting, kontrol bahasa tubuh dan ekspresi wajahmu saat memberi feedback. Jangan sampai kamu menunjukkan sikap yang membuat lawan bicara merasa dihakimi agar komunikasi bisa lebih efektif dan terbuka.
Memang, butuh waktu untuk menguasai ketiga komponen yang telah disebutkan di atas. Namun, menguasai empathetic listening sama sekali tidak mustahil, kok. Ada cara yang bisa kamu terapkan.
Baca Juga: Apa Itu Proaktif? Inilah Manfaat, Contoh, dan Tipsnya!
Mendengarkan secara empathetic merupakan skill yang bisa kamu pelajari. Untuk membantumu menguasai skill tersebut, coba ikuti langkah-langkah berikut ini:
Saat orang lain berbicara atau bercerita kepadamu, dengarkan orang tersebut secara aktif. Minimalisir distraksi, misalnya dengan mengaktifkan fitur silent pada ponsel atau pindah ke tempat yang lebih tenang.
Dengan mendengarkan secara penuh, kamu tidak hanya memperhatikan perkataan lawan bicara, tapi juga bahasa tubuh, intonasi suara, dan ekspresi wajah. Hal ini dapat menambah konteks pada pembicaraan, sehingga kamu bisa lebih memahami emosi dan sudut pandang mereka.
Setelah kamu memahami emosi lawan bicara, berikan respons yang sesuai. Misalnya, kalau orang tersebut terlihat sedih, kamu bisa memberikan usapan singkat pada bahu sebagai bentuk dukungan.
Atau jika lawan bicara terlihat antusias bercerita, kamu dapat menanggapi dengan respons verbal seperti, “Terus, terus?” atau “Kok, bisa?”. Respons tersebut menunjukkan bahwa kamu tertarik mendengarkan cerita mereka.
Masih ingat, kan, alah satu komponen dalam cara melakukan empathic listening adalah sikap non-judgmental? Maka dari itu, hindari memberikan respons yang terdengar menghakimi.
Sebelum memberikan respons apa pun, cobalah melihat topik obrolan dari perspektif lawan bicara. Bayangkan dirimu berada di posisi mereka agar kamu bisa lebih memahami kondisi orang tersebut.
Lantas, apakah artinya kamu tidak boleh menanyakan apa pun saat melakukan empathic listening? Tentu bukan begitu maksudnya, ya.
Kamu masih bisa, kok, bertanya kepada orang tersebut kalau memang ada hal yang kurang kamu pahami. Namun, intensi bertanya biasanya cenderung untuk memastikan sesuatu atau menyamakan perspektif.
Contohnya, kamu bisa berkata ke orang seperti, “Jadi, maksudmu adalah…” atau “Aku paham kenapa kamu sedih. Berarti, setelah ini kamu akan…”. Dengan respons seperti itu, kamu tidak hanya bersikap empati, tapi juga berusaha untuk menghormati orang tersebut.
Memberikan respons yang tepat kepada lawan bicara memang butuh banyak praktik. Untuk membantumu, Jobstreet telah menyiapkan beberapa contoh respons di bawah ini.
Empathic listening merupakan skill yang sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Berikut contoh listening secara empati dalam kehidupan personal dan di dunia kerja:
Ketika ada teman atau anggota keluarga yang menceritakan masalahnya, kamu bisa merespons mereka dengan mengatakan beberapa kalimat berikut ini:
Contoh-contoh kalimat respons tersebut tidak hanya menunjukkan bahwa kamu memperhatikan ucapan lawan bicara. Namun, kamu juga telah memvalidasi, memahami perasaan orang, serta pengalaman mereka.
Empathic listening juga dapat mendukung komunikasi di dunia kerja, lho. Misalnya, seorang anggota tim bercerita kepadamu tentang kesulitan kerja yang ia alami. Sebagai pendengar yang berempati, kamu akan mendengarkan keluh kesahnya secara aktif.
Lalu, tanyakan apakah ia butuh solusi atau ingin menyelesaikannya sendiri. Kalau memang butuh solusi, barulah kamu bisa memberikan saran.
Contoh empathic listening lain juga bisa terjadi saat perfomance review. Selain menyampaikan hasil performa tim, kamu juga harus mampu menjadi pendengar yang empathetic.
Coba selalu dengarkan keluh kesah dan aspirasi dari tiap anggota tim. Dengan begini, kamu bisa memberikan feedback konstruktif yang sejalan dengan goals mereka.
Contoh di atas membuktikan bahwa emphatic listening berperan penting dalam lingkungan kerja. Berbekal keterampilan empati, kamu dapat memahami rekan kerja, atasan, dan anggota tim dengan jauh lebih baik.
Dengan pemahaman emphatic listening mendalam, kamu bisa memberikan respons yang sesuai dengan kebutuhan mereka maupun perusahaan. Hal ini pun dapat menunjang kolaborasi tim sehingga produktivitas kerja secara keseluruhan bisa meningkat.
Nah, agar bisa menerapkan empathic listening secara optimal di lingkungan kerja maupun situasi lain, kamu perlu memiliki strategi khusus.
Baca Juga: Sikap Asertif: Definisi, Cara Melatih, dan Penerapannya di Dunia Kerja
Empathic listening merupakan skill yang dapat dikembangkan. Artinya, kamu perlu melakukan praktik untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Berikut beberapa strategi untuk melatih empathic listening yang bisa kamu lakukan:
Agar bisa mendengarkan dengan empati, praktikkan active listening terlebih dulu. Banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk berlatih, seperti:
Selain active listening, cara melakukan empathetic listening juga sangat bergantung pada keterampilan empati. Kamu bisa melatihnya dengan beberapa cara berikut:
Terkadang, tanpa sadar kita menghakimi orang lain hanya karena ia melakukan sesuatu atau punya pendapat yang tidak sesuai standar kita. Hal ini bisa menghambat praktik empathic listening. Oleh sebab itu, tumbuhkan self-awareness atau kesadaran diri yang baik.
Dengan begitu, kamu bisa langsung sadar saat prasangka atau pikiran menghakimi mulai muncul. Jadi, kamu dapat segera berusaha mencari perspektif lain untuk memahami situasi atau topik obrolan.
Berdasarkan strategi di atas, dapat disimpulkan bahwa empathic listening membutuhkan kesadaran diri atau self-awareness yang baik.
Ketika memiliki self-awareness, kamu bisa lebih mengenali emosi diri dan bagaimana ia memengaruhi komunikasi.
Oleh sebab itu, tingkatkan terus self-awareness kamu dengan cara refleksi diri untuk mengenali dan memproses perasaanmu.
Dengan mengenali perasaan diri sendiri, kamu bisa mengekspresikannya secara sehat sehingga tidak “mengganggu” komunikasimu dengan orang lain.
Empathic listening merupakan skill penting dalam komunikasi interpersonal. Seluruh pekerjaan pasti membutuhkan skill ini, terutama yang berhubungan dengan counseling, seperti konselor, psikolog, atau psikiater.
Meski begitu, empathic listening berbeda dari terapi maupun counseling. Empathic listening adalah sebuah skill yang bisa dipelajari oleh siapa pun. Sementara itu, terapi atau counseling merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para ahli. Beberapa profesi bahkan harus memiliki lisensi untuk membuka praktik terapi atau counseling.
Jadi, jika kamu menyadari bahwa orang lain membutuhkan lebih dari sekadar teman untuk mendengarkan, sebaiknya ajaklah mereka untuk mencari bantuan profesional.
Empathetic listening adalah kemampuan mendengarkan lawan bicara dengan memahami perasaan dan sudut pandang orang tersebut. Untuk menguasai keterampilan tersebut, kamu perlu memiliki empati, keterbukaan pikiran, dan sikap non-judgmental.
Empathic listening begitu penting untuk kehidupan sehari-hari dan professional. Dengan kemampuan mendengarkan secara empatik, kamu bisa benar-benar menangkap emosi dan maksud sebenarnya di balik perkataan lawan bicara. Hal itu tentnunya dapat membantumu memberikan respons yang sesuai.
Dari situlah kamu bisa membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Dengan kata lain, empathic listening dapat menunjang komunikasi interpersonal.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dan terhubung dengan pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet.
Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!
Baca Juga: Inilah Contoh Personal Selling dan Teknik Lengkapnya