Asertif adalah salah satu skill penting yang perlu kamu kuasai di dunia kerja. Dengan sikap asertif, kamu bisa meningkatkan kemampuan komunikasi dengan rekan kerja. Alhasil, ini dapat membantu mengurangi risiko salah paham atau miskomunikasi.
Pasalnya, asertif artinya bersikap tegas dalam berkomunikasi sehingga pesan dapat tersampaikan secara jelas. Alhasil, proses komunikasi bisa berjalan dengan efektif dan menciptakan kolaborasi yang efisien.
Lantas, seperti apa sikap dan perilaku asertif di dunia kerja? Apakah artinya kamu harus menjadi sosok yang agresif dalam berkomunikasi? Bisakah sikap asertif terus dilatih? Yuk, kita pelajari bersama dengan membaca artikel ini.
Coba ingat-ingat lagi, apakah kamu pernah kesulitan mengutarakan pendapat saat meeting di kantor? Atau kamu pernah terpaksa mengiyakan pekerjaan yang sebetulnya bukan bagian dari tanggung jawabmu?
Situasi seperti itu biasanya terjadi karena kamu takut menyakiti perasaan rekan kerja. Padahal, kita tidak bisa menyenangkan semua orang, lho.
Untuk itu, sikap asertif adalah skill yang kamu butuhkan. Tujuan menguasai sikap asertif adalah agar kamu bisa lebih percaya diri dalam mengekspresikan pendapat, terutama di dunia kerja.
Komunikasi asertif artinya menyampaikan sesuatu secara tegas, terbuka, dan tetap menjaga rasa hormat terhadap lawan bicara. Kemampuan ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kelancaran komunikasi dan kolaborasi kerja.
Meski begitu, arti asertif bukan berarti kamu menjadi pribadi yang agresif. Kedua hal tersebut justru bertolak belakang satu sama lain.
Memang betul bahwa perilaku asertif adalah tentang ketegasan dan keterbukaan dalam komunikasi. Namun, asertif jauh berbeda dengan agresif.
Berikut adalah perbedaan asertif dan agresif:
Teknik asertif adalah skill komunikasi yang mengedepankan kejujuran dan keterbukaan, tanpa menyakiti hati orang lain.
Orang asertif akan menyampaikan pendapat secara sopan dengan mempertimbangkan hak-hak lawan bicara. Komunikasi tersebut dapat membantu mencapai tujuan bersama yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Hal ini berbeda dengan orang agresif yang cenderung mengabaikan hak-hak lawan bicara mereka. Umumnya, orang agresif lebih mengedepankan ego mereka daripada tujuan atau kepentingan bersama.
Orang dengan sikap asertif akan bersikap tegas. Hal ini juga berlaku saat mereka memberikan respons atas perkataanmu. Namun, kamu tak perlu khawatir karena mereka akan menyampaikan respons secara tenang tanpa sekalipun merendahkan pendapatmu.
Hal tersebut berbeda dari orang agresif yang biasanya cenderung menyampaikan respons dengan keras. Orang agresif memiliki skill mendengarkan yang buruk sehingga sulit memberikan respons yang baik.
Asertif artinya bukan cuma tentang berbicara dengan tegas. Tapi, asertif juga mendengarkan secara aktif. Itulah kenapa orang asertif biasanya orang yang memiliki pemahaman yang baik saat berkomunikasi.
Menerapkan sikap asertif artinya tidak segan bertanya. Tujuannya untuk memastikan bahwa pemahaman mereka sudah sejalan dengan lawan bicara.
Hal itu jauh berbeda dengan orang agresif yang umumnya merasa pendapatnya paling benar sehingga jarang bertanya. Dalam berkomunikasi, mereka hanya menyampaikan pendapat dan tidak mau memahami sudut pandang orang lain.
Menghargai orang lain bukan berarti mengorbankan kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan, orang asertif biasanya akan secara jujur mengungkapkan perasaan atau pendapatnya. Namun, mereka tidak akan menyalahkan pihak mana pun.
Di lain sisi, orang agresif justru tidak segan mengorbankan kebutuhan orang lain demi kebutuhan diri sendiri. Dengan gaya komunikasi yang keras, orang agresif mampu membuat lawan bicara terpaksa mengalah agar kebutuhan mereka terpenuhi.
Orang agresif biasanya berkomunikasi dengan gaya keras untuk memengaruhi orang lain agar “tunduk” pada perkataan mereka. Bahkan, terkadang mereka juga menyampaikan pendapat dengan nada mengancam.
Sementara itu, perilaku asertif lebih mengutamakan diskusi daripada memengaruhi. Orang asertif menganggap bahwa ia dan lawan bicara memiliki kedudukan yang sama. Mereka menerapkan pendekatan demokratis untuk mengajak orang lain mencapai tujuan bersama.
Tak jarang beberapa orang menilai pasif dan asertif adalah hal yang sama. Meski tidak blak-blakan, bukan berarti komunikasi asertif adalah komunikasi yang pasif, ya. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, lho.
Sebab, perilaku pasif cenderung hanya mengiyakan orang lain. Perbedaan antara asertif dan pasif lainnya bisa kita lihat dari beberapa faktor berikut ini:
Orang asertif memandang konflik sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi bersama. Itulah kenapa mereka bersedia berkomunikasi dengan orang lain untuk saling bertukar ide.
Di sisi lain, orang pasif menganggap konflik sebagai hal yang harus dihindari. Orang yang pasif bahkan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar.
Sikap tegas menjadi salah satu ciri-ciri utama kemampuan asertif. Hal ini membantu mereka untuk mempertahankan sudut pandang yang dinilai benar.
Namun, tidak begitu halnya dengan orang pasif. Mereka cenderung sulit mengekspresikan perasaan dan pikiran. Tak jarang, orang pasif akan membiarkan orang lain mengambil keputusan untuk diri mereka.
Interaksi dengan orang lain bukanlah masalah bagi orang yang punya sifat asertif. Mereka mampu berkomunikasi secara jujur dan terbuka tanpa menyakiti lawan bicara.
Di sisi lain, kebanyakan orang pasif justru kesulitan melakukan hal tersebut. Alhasil, mereka pada akhirnya cenderung jarang berinteraksi dengan orang-orang sekitar.
Berbekal sikap tegas dan terbuka, orang asertif mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, terutama dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Seseorang dengan sikap asertif paham akan konsekuensi di balik setiap keputusan yang dia ambil.
Namun, orang pasif tidak seperti itu. Mereka cenderung menerima berbagai keputusan yang diambil orang lain untuk menghindari konflik.
Salah satu ciri-ciri perilaku asertif adalah memiliki kepercayaan diri yang baik. Mereka yakin dengan pendapat dan keputusan yang mereka ambil. Jadi, mereka cenderung lebih siap ketika harus menghadapi konsekuensi dari perkataan atau perbuatan mereka.
Sebaliknya, orang pasif cenderung tidak percaya terhadap diri sendiri dan pendapatnya. Itulah kenapa mereka membiarkan orang lain menentukan keputusan.
Asertif adalah skill yang dapat menunjang performa kamu selama bekerja. Bahkan, manfaatnya juga bisa dirasakan oleh orang lain.
Memangnya, apa saja manfaat perilaku asertif di dunia kerja? Berikut adalah beberapa manfaat memiliki sikap asertif di dunia kerja:
Salah satu manfaat komunikasi asertif adalah membantu mengurangi perasaan cemas dan stres. Memiliki sikap asertif artinya membiasakan tegas dalam menyampaikan pendapat tanpa menyakiti lawan bicara.
Hal ini pun dapat meningkatkan kepercayaan dan harga diri kamu.
Ketika berani mengutarakan pendapat, kamu pasti bisa memberikan lebih banyak kontribusi terhadap tim. Kamu pasti tidak bakal ragu menyampaikan pendapat saat punya ide atau masukan yang menurutmu worth it untuk diterapkan.
Orang yang menerapkan sikap asertif pun cenderung disukai oleh rekan kerja satu tim.
Pernahkah kamu kesulitan menolak job desc yang bukan tanggung jawabmu, terlebih saat workload kamu sedang padat?
Nah, asertif adalah skill yang dapat membantumu bersikap tegas untuk mengatakan “tidak”. Dengan begitu, kamu bisa lebih mengontrol beban kerja sesuai kemampuanmu. Secara tak langsung, hal ini dapat mengurangi risiko stres berlebihan.
Ternyata, contoh komunikasi asertif di dunia kerja cukup banyak, lho. Bahkan, ada juga komunikasi non-verbal yang termasuk di dalamnya.
Yuk, cari tahu selengkapnya contoh asertif yang dapat kamu temui di dunia kerja:
Salah satu cara menerapkan sikap asertif di tempat kerja dengan menyatakan pendapat secara jelas. Misalnya, saat meeting atau berdiskusi dengan rekan kerja.
Sampaikan saranmu dengan tegas dan to-the-point tanpa merendahkan dan menyerang lawan bicara.
Komunikasi asertif artinya bukan cuma tentang cara verbal, tapi juga non-verbal. Contoh komunikasi asertif non-verbal adalah menjaga kontak mata saat berbicara dengan orang lain.
Cara ini membantu kamu untuk memusatkan perhatian kepada lawan bicara. Dengan begitu, orang yang kamu ajak bicara akan merasa dihormati.
Penerapan teknik asertif adalah dengan bertanggung jawab atas kesalahan diri sendiri, terlebih atas setiap keputusan yang mendatangkan risiko.
Tak perlu takut, hal ini justru menunjukkan kualitas diri kamu sebagai orang yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Saat menerapkan teknik asertif, kamu akan lebih terbuka dengan diskusi. Kamu tidak akan mengabaikan kepentingan orang lain.
Dengan membuka ruang diskusi, setiap orang dapat menyampaikan pendapat masing-masing. Nantinya, semua orang bisa sepaham dengan keputusan yang diambil.
Ketika kamu dan tim berhasil mencapai kesepakatan atas suatu hal, berikan apresiasi. Kamu tidak hanya wajib memberi apresiasi untuk rekan satu tim, tapi juga untuk diri sendiri.
Tak hanya itu, perasaan positif ini dapat menjadi motivasi untuk menerapkan gaya asertif.
Kalau saat ini kamu merasa belum menguasai gaya asertif, tidak perlu khawatir! Sikap asertif merupakan skill yang bisa dipelajari, kok.
Berikut ini beberapa cara melatih sikap asertif yang dapat kamu terapkan:
Salah satu tujuan komunikasi asertif adalah membuat orang lain memahami hal yang kamu sampaikan. Untuk itu, kamu bisa menggunakan kata “saya” saat menyampaikan suatu pernyataan.
Misalnya, saat tidak setuju dengan suatu pendapat, kamu bisa mengawali perkataanmu dengan kalimat:
“Saya pikir ide tersebut kurang tepat karena…”
Hindari langsung mengatakan “ide Anda salah”. Dengan begitu, pesanmu bisa tersampaikan tanpa merendahkan lawan bicara.
Sikap asertif adalah skill yang melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal. Jadi, dukung pendapatmu dan komunikasimu dengan body language yang baik.
Selama berkomunikasi, jaga postur tubuh agar tetap tegak. Tunjukkan pula ekspresi wajah yang positif. Hindari menyilangkan kaki atau lengan. Pasalnya, hal itu menunjukkan sikap defensif yang bertolak belakang dari asertif.
Cara selanjutnya dengan melatih kontak mata sebagai bentuk komunikasi non-verbal. Dengan kontak mata yang baik, kamu dapat memperhatikan perkataan lawan bicara lebih optimal.
Sementara dari sisi lawan bicara, adanya kontak mata membuat mereka akan merasa dihormati.
Mengatakan “tidak” kepada orang lain memang sulit. Namun, terus-terusan mengiyakan permintaan orang lain hanya akan membebani diri sendiri. Alhasil, hal itu bisa membuatmu stres dalam bekerja.
Untuk itu, berlatihlah berkata “tidak” pada hal-hal yang tidak kamu suka atau berpotensi membebani diri. Jelaskan kebutuhan, tanggung jawab, dan batasan diri. Dengan begitu, lawan bicaramu mengerti alasan penolakanmu, tanpa kamu harus merasa bersalah.
Pada awalnya, bersikap asertif mungkin membuatmu terbata-bata. Hal ini wajar, kok! Jadi, jangan menyalahkan diri sendiri, ya. Kamu bisa meningkatkan skill tersebut dengan terus berlatih. Cara sederhana melatih komunikasi adalah dengan berbicara kepada diri sendiri di depan cermin.
Alternatifnya, kamu juga bisa membuat skenario seolah-olah sedang menyampaikan pendapat kepada orang lain. Rekam suaramu agar kamu dapat mengevaluasinya.
Pengertian asertif juga menekankan kamu untuk tetap menjaga hati orang lain selama berkomunikasi.
Kamu memang tidak bisa menebak bagaimana suatu komunikasi akan berlangsung. Bahkan, bukan tidak mungkin muncul konflik di tengah jalan yang berisiko memancing emosi.
Itulah kenapa kamu perlu mengendalikan emosi. Jadi, usahakan tetap tenang dan jaga intonasi suara agar tidak meninggi. Mintalah waktu untuk menunggu sampai emosi membaik sebelum melanjutkan komunikasi.
Jangan sampai terbawa emosi hingga kamu mengatakan hal-hal yang membuatmu menyesal nanti.
Kamu sudah berusaha bersikap asertif untuk menyampaikan pesan sambil tetap menghormati lawan bicara. Namun, hal ini tidak menjamin bahwa orang lain akan memberikan sikap atau respons yang baik.
Bagaimana pun juga, kita tidak bisa mengontrol orang lain maupun menyenangkan semua pihak.
Usahakan untuk tidak menyalahkan diri sendiri jika reaksi mereka tidak sesuai harapan. Hal terpenting adalah kamu sudah berusaha sebaik mungkin untuk berkomunikasi secara asertif.
Menerapkan sifat asertif bukan berarti kamu selalu benar. Tanpa disadari, mungkin kamu melakukan kesalahan saat berkomunikasi dengan orang lain.
Tetaplah terbuka terhadap setiap feedback yang masuk, baik positif maupun negatif. Jadikan feedback tersebut sebagai pembelajaran agar kamu bisa menjadi komunikator yang baik.
Jangan takut mengutarakan pendapat kamu! Mungkin memang awalnya sulit. Namun, seiring berjalannya waktu, kamu pasti bisa lebih percaya diri ketika bersikap asertif.
Sikap asertif atau tegas tidak hanya bisa kamu terapkan di dunia kerja. Kamu juga bisa menerapkan sikap asertif pada situasi lain, seperti menolak ajakan nongkrong dari teman saat sedang tidak ingin pergi.
Asertif adalah skill komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di dunia kerja. Bersikap asertif dapat membantu kamu menyampaikan pendapat secara tegas dengan menjaga rasa hormat terhadap lawan bicara.
Dengan menerapkan sikap asertif, kamu akan merasakan banyak manfaat termasuk orang atau rekan kerjamu.
Ternyata, komunikasi asertif juga bisa kamu terapkan saat interview kerja, lho. Hal ini tentu dapat meninggalkan impresi yang baik di mata tim rekruter.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menembus pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dan terhubung dengan pakar industri di seekMAX dalam aplikasi Jobstreet.
Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!