Hampir di setiap pekerjaan di bidang industri mana pun, bekerja sama dengan kolega bukanlah hal yang bisa dihindari. Pekerjaan apa pun yang akan kamu dapatkan, kamu perlu berkolaborasi dengan rekan kerja lainnya. Karena itu, skill kolaborasi sangat penting dalam hal ini.
Kamu bisa meningkatkan jenjang kariermu dan membuat lingkungan kerja menjadi lebih sehat dengan mengasah skill kolaborasi. Jadi, asah skill kolaborasi kamu dengan mencari tahu segala informasinya di artikel ini!
Skill kolaborasi adalah segala kemampuan yang kamu gunakan dalam bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Selain bekerja sama dengan tim, kamu bisa mengembangkan skill ini melalui komunikasi yang efektif, penyelesain konflik, serta kontribusi untuk membangun lingkungan kerja yang sehat dan nyaman bagi setiap anggota tim.
Seseorang yang memiliki skill kolaborasi kuat memungkinkan untuk dapat dipercaya dalam membimbing serta mengarahkan tim. Pasalnya, orang tersebut dinilai memiliki skill komunikasi yang baik dan rasa empati yang besar pada rekan tim lainnya.
Skill kolaborasi ini dibangun dari berbagai elemen dasar yang penting dalam membangun lingkungan kerja yang kolaboratif dan sehat, diantaranya adalah: komunikasi, emotional intelligence (EQ), dan kepercayaan antar anggota tim. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga dasar tersebut.
Di mana ada kolaborasi, di situ ada komunikasi. Sebagian besar dari proses bekerja secara kolaboratif adalah memastikan setiap anggota tim mengetahui peran dan tujuan yang akan dicapai. Saling bertukar ide selama diskusi pekerjaan adalah pertanda bahwa komunikasi kolaboratif berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, kamu perlu berpartisipasi dalam diskusi dengan terbuka dan juga memberikan reaksi yang tepat. Kamu bisa melakukan hal ini dengan melakukan active listening, menyampaikan ide dengan jelas, dan mengajukan pertanyaan terbuka.
Kamu bisa mengubah pembicaraan biasa menjadi peluang untuk terhubung dengan kolega melalui active listening. Pastikan kamu mendengarkan dengan saksama, berpikiran terbuka, serta memberi respons terhadap ide atau topik yang dibicarakan. Kamu juga bisa memberikan pertanyaan lebih lanjut saat melakukan active listening.
Selain active listening, mengekspresikan ide dengan jelas juga merupakan bagian dari komunikasi yang kolaboratif, baik secara lisan maupun tulisan. Kamu perlu memastikan pesan atau ide yang disampaikan dimengerti oleh lawan bicara untuk menghindari kesalahpahaman.
Akan tetapi, dalam konteks komunikasi tulisan, ada kemungkinan nada bicara yang tepat tidak tersampaikan. Maka dari itu, pastikan kamu membaca terlebih dahulu pesan yang ingin kamu kirim. Pastikan kembali apakah ada kesalahan ketik atau kata-kata ambigu pada pesan yang akan dikirim. Mencantumkan beberapa emoji yang tepat juga bisa membantu lawan bicara memahami nada bicara kamu dengan tepat.
Terakhir dan tak kalah penting adalah mengajukan pertanyaan terbuka ketika berkomunikasi. Pertanyaan terbuka memungkinkan lawan bicara memberikan jawaban yang lebih luas. Jadi, hindari pertanyaan tertutup yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak” ketika berkomunikasi dengan kolega. Dengan begitu, pembicaraan berjalan dengan lancar tanpa ada rasa canggung karena akan lebih banyak yang bisa didiskusikan. Kamu juga bisa memperbaiki hubungan dengan kolega serta memberi kesempatan bagi kolega untuk mengelaborasi jawaban atau ide mereka lebih jauh melalui pertanyaan terbuka.
Salah satu dasar lainnya untuk membangun hubungan adalah menggunakan emosi yang tepat dan memahami emosi diri sendiri dan orang lain—atau yang disebut sebagai kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ). Emotional intelligence juga adalah salah satu soft skill penting yang dicari oleh perekrut. Tiga hal yang menandakan kamu memiliki EQ yang baik adalah rasa empati, self-awareness, dan regulasi diri.
Empati diperlukan untuk membangun kepercayaan, dan ini bisa diperoleh dengan saling memahami satu sama lain. Dengan rasa empati, kamu memiliki kemampuan untuk menunjukkan kepedulian terhadap cerita atau pengalaman pribadi seseorang. Selain itu, kepedulian ini tentunya akan menciptakan rasa kekeluargaan yang membuat komunikasi mengalir dengan lancar tanpa adanya rasa takut akan penilaian orang lain.
Setiap anggota tim perlu mengenali dan menyadari emosi serta tindakan masing-masing. Contohnya, seseorang cenderung membentak ketika sedang stres yang tentunya bisa membuat kolega lain merasa tidak nyaman.
Jika kamu memiliki kebiasaan yang tidak nyaman ini, renungkan mengapa kebiasaan ini muncul dan dampaknya bagi lingkungan kerja. Jadi, mengenali cara komunikasi dan regulasi emosi diri sendiri adalah contoh self-awareness. Belajar mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan yang mungkin membuat orang lain tidak nyaman adalah langkah penting untuk berkolaborasi dalam tim.
Setelah mengenali emosi serta perilaku diri sendiri, hal penting selanjutnya adalah mengendalikan emosi, pikiran, serta perilaku sendiri untuk mencapai goal bersama dalam sebuah tim. Hal ini bisa disebut juga sebagai regulasi diri.
Ketika terjadi permasalahan dalam tim, pastikan kamu fokus ke dalam dirimu sendiri dan mengontrol perilaku agar situasi yang tegang mereda. Misalnya, daripada membentak ketika sedang stres, akan jauh lebih baik jika kamu meminta waktu sesaat kepada tim untuk menenangkan diri.
Hubungan kerja dengan kolega akan lebih bermakna jika setiap anggota saling percaya satu sama lain. Contohnya, anggota tim perlu percaya kepada kemampuan ketua tim dalam membimbing dan mengarahkan tim, demikian juga sebaliknya. Rasa saling percaya bisa diperoleh dengan menerapkan beberapa hal berikut.
Hal terpenting untuk membangun kepercayaan adalah integritas. Pastikan kamu menyampaikan pendapat kamu mengenai pekerjaan dengan terbuka dan jujur. Dengan begitu, rekan kerja akan percaya kepada kamu.
Tidak hanya pencapaian dalam tim, kamu juga perlu memberitahukan masalah pekerjaan yang kamu temui. Misalnya, terjadi penurunan engagement di salah satu platform untuk marketing yang merupakan tanggung jawab kamu. Kamu bisa mengadakan rapat untuk membahas permasalahan dan menemukan solusinya bersama tim. Hal ini tentu menunjukkan bahwa kamu mempercayai skill dan pengalaman mereka untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Seperti biasanya, tindakan jauh lebih berarti daripada kata-kata. Menjadi orang yang dapat diandalkan bisa diwujudkan melalui tindakan kamu. Kamu perlu mendengarkan instruksi dan melakukannya sesuai yang kamu janjikan. Pastikan kamu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menerima feedback, dan tetap bekerja dengan baik. Dengan begitu, atasan dan kolega akan tahu bahwa kamu dapat diandalkan. Jika melihat konteks lingkungan kerja saat ini, hal ini tentu sangat penting diterapkan ketika WFH dengan pengawasan yang lebih minim daripada ketika WFO.
Bekerja secara profesional berarti kamu tidak boleh membocorkan informasi sensitif mengenai perusahaan kepada siapa pun. Selain itu, dalam konteks lebih personal, jika kolega memberitahukan sesuatu kepadamu, pastikan kamu tidak menyebarkannya kepada orang lain. Jangan sampai kamu menjadi tukang gosip yang tentu tidak akan dipercaya oleh orang lain.
Penyelesaian masalah secara kolaboratif berarti menemukan solusi untuk permasalahan tertentu bersama dengan keseluruhan tim. Dalam dunia kerja, terdapat masalah yang bisa diselesaikan oleh satu orang dan masalah yang lebih kompleks. Nah, masalah kompleks inilah yang perlu diselesaikan bersama.
Semakin banyak anggota yang terlibat, semakin banyak ide serta pendapat yang diberikan untuk menyelesaikan masalah. Dalam hal inilah kerja sama dan skill kolaborasi diperlukan sehingga solusi terbaik bisa ditemukan. Berikut ini lima langkah untuk menyelesaikan masalah secara kolaboratif.
Tetapkan tujuan bersama untuk menemukan solusi dengan saling menghormati dan terbuka selama berjalannya diskusi. Pastikan bahwa setiap ide dan pendapat yang disampaikan oleh kolega didengarkan dan dipertimbangkan. Setelah itu, seluruh tim bisa berfokus pada tahap selanjutnya untuk menyelesaikan masalah.
Selanjutnya, brainstorming (curahkan pendapat secara bebas) untuk segala solusi yang bisa dilakukan. Dengan mengumpulkan ide, setiap orang yang terlibat memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pikiran mereka.
Pengumpulan ide ini bisa dilakukan melalui dua jenis cara berpikir: divergent dan convergent thinking. Divergent thinking berfokus pada pengumpulan berbagai ide yang mungkin bisa diterapkan. Sementara itu, convergent thinking lebih berfokus pada mencari satu solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi setiap ide yang disampaikan dan menyusun skala prioritas dari beberapa ide yang akan dilakukan. Memperkirakan manfaat dan hambatan tertentu saat pelaksanaan ide juga penting untuk didiskusikan.
Setelah keputusan akhir telah ditetapkan, selanjutnya adalah membuat langkah-langkah pelaksanaan solusi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah dana, pengawasan, dan bagaimana rencana tersebut berjalan dengan lancar. Dengan begitu, setiap anggota tim tahu gambaran besar mengenai kontribusi apa saja yang perlu diberikan.
Setelah pelaksanaan rencana, kamu dan tim perlu berdiskusi kembali membahas hasil setelah rencana terlaksana. Seluruh tim perlu mengevaluasi apa saja yang berjalan lancar, hambatan apa yang ditemukan, dan hal apa saja yang bisa dikembangkan. Dengan begitu, masalah bisa diselesaikan dengan efektif.
Terakhir dan tidak kalah penting adalah merayakan keberhasilan setelah terselesaikannya masalah. Hal ini dapat memperkuat motivasi tim untuk melakukan yang terbaik ke depannya.
Dengan beragamnya tingkat skill kolaborasi setiap anggota, setiap individu bisa saja memiliki dinamika yang berbeda. Menambahkan atau menggantikan satu orang dalam tim berdampak pada dinamika tim tersebut.
Cara sebuah tim berkolaborasi dalam menyelesaikan pekerjaan, atau cara mereka saling berkomunikasi menentukan dinamika tim tentunya juga akan berdampak pada motivasi, kinerja, dan hasil pekerjaan masing-masing anggota. Agar tetap efektif, sebuah tim perlu mudah beradaptasi dengan berbagai perubahan yang mungkin terjadi.
Untuk memahami dinamika tim kamu, satu hal yang perlu kamu ketahui adalah peranmu dalam tim tersebut. Dengan begitu, kamu akan tahu apa yang diperlukan oleh tim dari kontribusi kamu sehingga komunikasi dengan anggota lainnya berjalan dengan lancar. Berikut ini beberapa informasi yang dapat membantumu memahami dinamika tim sendiri.
Teori Belbin Team Roles ini didefinisikan oleh Dr. Meredith Belbin. Untuk membangun tim dengan kinerja tinggi, dia menyatakan bahwa sebuah tim perlu memiliki anggota-anggota yang bisa memerankan sembilan peran tim berikut.
Tiga jenis peran tim yang berada dalam grup ini berfokus pada skill komunikasi dan networking untuk menyelesaikan pekerjaan. Anggota tim yang memiliki peran tim ini biasanya lebih intuitif dan berempati pada kebutuhan anggota tim lainnya. Mereka juga merupakan kunci untuk menyatukan sebuah tim. Terdapat tiga jenis peran tim yang berorientasi sosial.
Anggota tim dengan orientasi pemikiran berperan sebagai pemikir kritis dalam sebuah tim. Mereka memberikan ide dan cara pandang baru, menganalisis informasi, dan mempertimbangkan pro atau kontra terhadap permasalahan tertentu. Berikut ini tiga jenis peran tim dengan orientasi pemikiran.
Kolega lainnya bergantung pada anggota tim yang berorientasi tindakan untuk menyelesaikan pekerjaan, memenuhi deadline, dan merespons masalah dengan cepat. Terdapat tiga jenis peran tim dalam grup ini.
Tipe kepribadian MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers dan ibunya, Katherine Myers. Mereka membuatnya agar pengetahuan tentang tipe kepribadian ini bisa diakses oleh siapa pun. Tes kepribadian ini bisa dilakukan dengan simple. Yang perlu kamu lakukan untuk mengetahui jenis kepribadianmu adalah mengidentifikasi dan memilih hal yang sesuai dengan dirimu dari empat dikotomi untuk mengetahui kepribadianmu dari 16 jenis kepribadian yang ada. Empat dikotomi tersebut adalah:
Dengan mengetahui tipe kepribadian setiap anggota tim, kamu akan memahami bagaimana cara mereka memandang sesuatu. Hal ini juga membantu kamu menyadari reaksi dan kepribadianmu sendiri.
Setelah mengetahui berbagai jenis peran tim dan tipe kepribadian, ada baiknya kamu juga mengetahui strategi menyelesaikan konflik. Tidak diragukan lagi, konflik tidak bisa dihindari dan bisa terjadi kapan pun. Ketika dua atau lebih anggota tim merasa tidak cocok, hal ini bisa menyebabkan situasi konflik. Karena itu, pastikan kamu selalu siap untuk menangani konflik dengan baik. Jangan sampai setiap anggota tim saling menyalahkan satu sama lain saat terjadi konflik.
Dua orang peneliti bernama Dr. Kenneth Thomas dan Dr. Ralph Kilmann membuat sebuah instrumen dengan nama Thomas-Kilmann Instrument (TKI) untuk mengetahui perilaku seseorang ketika terjadi konflik. Menurut kedua peneliti tersebut, setiap orang akan merespons konflik berdasarkan ketegasan (assertiveness) dan sikap kooperatif (cooperativeness) yang dimiliki. Karena itu, terdapat lima strategi penyelesaian konflik yang bisa dilakukan seseorang berdasarkan Thomas-Kilmann Instrument (TKI).
Walaupun begitu, tiap orang bisa saja merespons konflik dengan lebih dari satu strategi. Akan tetapi, setiap orang cenderung menggunakan salah satu strategi di atas berdasarkan temperamen dan kebiasan masing-masing.
Melalui instrumen ini, kamu bisa mengetahui bagaimana setiap anggota tim merespons konflik. Dengan begitu, penyelesaian konflik dalam tim bisa dilakukan dengan lebih mudah.
Setelah mengetahui peran tim, tipe kepribadian, serta strategi penyelesain konflik, kamu perlu tahu cara lain untuk memperbaiki dinamika tim sebagai alternatif. Berikut ini beberapa cara lain yang bisa kamu gunakan.
Memiliki skill yang diincar oleh perekrut adalah salah satu strategi untuk menunjukkan bahwa kamu adalah kandidat terbaik. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan pekerjaan impianmu! Berikut ini contoh 20 skill kolaborasi yang bisa dicantumkan di resume kamu:
Kemampuan untuk beradaptasi tidak hanya berlaku untuk dinamika tim tetapi juga untuk perubahan lingkungan kerja. Pekerjaan bisa selesai dengan efisien saat kamu work from office ataupun work from home dengan menggunakan tools kolaborasi. Berikut ini beberapa tools kolaborasi berdasarkan fungsinya.
Tools untuk mengatur project akan memudahkan atasan untuk mengarahkan dan membagi project secara remote dengan bantuan to-do lists dan papan agenda. Beberapa tools yang bisa digunakan adalah:
Tools untuk berkomunikasi sangatlah penting karena banyaknya informasi dan perubahan yang mungkin terjadi saat bekerja. Tiga tools berikut bisa membantumu berkomunikasi dengan anggota tim dengan cepat dan lancar.
Satu hal penting dalam bekerja secara kolaboratif adalah berbagi data. Karena itu, beberapa tools berikut bisa membantu untuk memudahkan proses berbagi dan mengedit dokumen secara online.
Baca juga: Ingin Sukses Work from Home? Miliki 4 Skills dan Tools Penting Ini!
Hal pertama yang perlu dilakukan sebuah tim adalah memberitahukan peran dan tanggung jawab dari setiap anggota. Mengetahui seperti apa lingkungan kerja juga penting agar setiap anggota tahu cara menempatkan diri masing-masing.
Namun terlepas dari semua itu, usaha yang konsisten dan tepat tetap diperlukan untuk menciptakan budaya di lingkungan kerja yang kolaboratif. Karena itu, berikut ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk melatih pola pikir kolaboratif.
Membatasi diri untuk menghindari bahaya atau perasaan negatif adalah hal yang wajar dilakukan. Hal ini bisa berupa takut akan kegagalan atau menolak perubahan. Akan tetapi, self-improvement hanya bisa terjadi jika kamu keluar dari zona nyaman. Dengan mengenali cara berpikir yang menghambat, kamu sudah satu langkah untuk memperbaiki diri. Tidak hanya menguntungkan bagimu, hal ini juga menguntungkan bagi anggota tim lainnya jika kamu bisa membuka batasan diri kamu.
Organisasi yang tidak inklusif bisa jadi salah satu tanda red flag yang tentunya harus kamu hindari. Lingkungan kerja yang inklusif bisa diwujudkan dengan membuat anggota tim kamu merasa dilihat dan didengar terlepas dari siapa atau apa identitas mereka.
Tidak diragukan lagi, interaksi sosial sangatlah penting bagi manusia. Hal ini juga berlaku dalam tim. Jadi, ikutilah kegiatan bersama anggota tim karena ini adalah cara yang bagus untuk menjalin ikatan dan berinteraksi satu sama lain.
Dalam budaya kerja kolaboratif, semua anggota saling bekerja sama untuk sukses mencapai tujuan. Pastikan kamu memberikan apresiasi kepada rekan kerja untuk setiap pencapaian dari kerja sama tim karena hal ini memberikan efek positif bagi lingkungan kerja.
Dengan menguasai skill kolaborasi, kamu memiliki banyak kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dan pengembangan diri. Selain bagi diri sendiri, skill ini juga menguntungkan tim. Berikut ini beberapa manfaat skill kolaborasi bagi tim yang juga bisa kamu rasakan.
Yuk, asah dan cantumkan skill kolaborasimu! Setelahnya, jangan lupa untuk update profil JobStreet untuk mulai mencari pekerjaan idaman kamu! Cek juga kisaran gaji, pelatihan wawancara, dan tips lainnya untuk memajukan kariermu di Bantuan Karier.
Akses beragam kesempatan kerja di mana pun dan kapan pun dengan mengunduh aplikasi JobStreet di Google Play Store atau Apple App Store!
Bagaimana cara meningkatkan skill kolaborasi diri sendiri?
Tingkatkan skill kolaborasi kamu dengan berkomunikasi secara jelas, berempati dengan kolega, dan saling percaya satu sama lain dengan sesama anggota tim. Mengetahui peran dan tipe kepribadianmu sendiri juga membantu untuk meningkatkan skill ini.
Apa saja tantangan yang sering muncul saat berkolaborasi dengan orang lain?
Tantangan terberat yang sering muncul saat berkolaborasi dengan tim adalah kesalahpahaman yang terjadi karena miskomunikasi. Kolaborasi tim juga bisa gagal jika setiap anggota tidak saling percaya dan menghormati satu sama lain.
Bagaimana cara menangani anggota tim yang sulit diajak berkolaborasi?
Sebelum mendiskusikan ini dengan orang tersebut, pastikan kamu sudah mengetahui apa masalahnya dan bagaimana hal tersebut memengaruhi tim. Komunikasikan hal ini dengan baik kepada orang tersebut dan cari tahu solusi untuk masalah tersebut. Terakhir, pastikan kamu membantu orang tersebut secara perlahan untuk memperbaiki dirinya.
Bagaimana cara seorang introvert memiliki skill kolaborasi yang unggul?
Meskipun acara sosial yang besar bisa membuat para introvert tidak nyaman, mereka juga suka bersosialisasi dengan orang lain dalam tingkat tertentu. Seorang introvert juga cenderung merupakan pendengar yang hebat. Jika kamu seorang introvert, kamu bisa melatih skill kolaborasi lebih jauh dengan memanfaatkan kualitas yang sudah kamu miliki sebagai seorang introvert.
Bagaimana meningkatkan skill kolaborasi tim saat work from home?
Kolaborasi tim bisa ditingkatkan dengan menggunakan tools kolaboratif. Mulai dari pengaturan project hingga pembagian dokumen bisa berjalan efisien dan efektif dengan menggunakan tools yang tepat selama work from home.