Menurut Cambridge Dictionary, arti kata stressor adalah sesuatu yang menyebabkan stres (kekhawatiran besar atau kesulitan emosional).
Sebagai contoh stressor di dunia kerja: tumpukan pekerjaan atau rekan kerja yang membuat kamu merasa stres, gelisah, berkeringat dingin, mual, atau gejala lainnya.
Hal seperti ini umum terjadi di dunia kerja. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa mereka dihadapkan pada situasi yang memicu stres.
Artikel ini akan membahas lebih jelas tentang apa itu stressor, jenis stressor, dan contohnya agar kamu bisa mengenali pemicu stres di lingkungan kerja.
Selain itu, cara mengatasi dan tips mencegah stressor atau pemicu stres yang perlu kamu ketahui juga akan dikupas lebih jauh. Yuk, simak penjelasan berikut!
Melansir dari Medical News Today, stressor adalah peristiwa, situasi, atau berbagai stimulus eksternal maupun internal yang memicu respons stres dalam tubuh.
Sementara itu, stressor internal adalah pemicu stres yang berasal dari diri individu, seperti pikiran, perasaan, atau perilaku.
Pemicu stres ini dapat berasal dari berbagai aspek kehidupan, seperti masalah keuangan, lingkungan sosial, pekerjaan, perubahan kehidupan, atau tekanan psikologis lainnya.
Penyebab stres ini sendiri bersifat sangat individual, artinya sesuatu yang menyebabkan stres bagi seseorang belum tentu memberikan dampak yang sama pada orang lain.
Stressor juga dapat bervariasi berdasarkan jenis, durasi, dan intensitasnya.
Secara spesifik, pemicu stres terbagi dalam beberapa jenis stressor berikut:
Stressor atau pemicu stres fisik adalah faktor eksternal (lingkungan) atau internal (dalam tubuh seseorang) yang menyebabkan ketegangan fisik dan memicu respons stres.
Bentuk dan intensitas stressor ini bisa sangat bervariasi, namun semuanya berpotensi memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Stressor psikologis (physiological stressor) adalah jenis stressor dari peristiwa atau situasi yang memengaruhi keseimbangan mental atau emosional seseorang.
Umumnya, stressor ini bersifat subyektif dan sangat variatif pada masing-masing orang, tergantung pengalaman, mekanisme penanggulangan, dan ketahanan pribadi mereka.
Stressor sosial adalah jenis stressor dari aspek interaksi sosial, budaya, dan struktur masyarakat yang memicu stres maupun ketegangan pada individu.
Social stressor ini dapat berasal dari kompleksitas hubungan sosial, norma masyarakat, ekspektasi, dan environmental stressor.
Stressor gaya hidup adalah jenis stressor dari pilihan gaya hidup yang buruk dan tidak seimbang sehingga memberikan dampak pada tubuh maupun mental seseorang.
Pemicu lifestyle stressor ini umumnya berkaitan dengan kemampuan mengatur waktu dan konsumsi makanan atau minuman.
Major life event stressor adalah jenis stressor dari peristiwa atau transisi besar dalam kehidupan seseorang yang membutuhkan adaptasi atau penanggulangan secara signifikan.
Perubahan ini dapat bersifat positif dan negatif.
Namun, terlepas dari sifatnya, perubahan tersebut sering kali menimbulkan stres karena terganggunya rutinitas, peran, dan lingkungan yang biasa dihadapi.
Stressor di tempat kerja adalah faktor pemicu stres yang terkait dengan pekerjaan atau karier seseorang.
Stressor juga dapat dapat timbul dari berbagai aspek lingkungan kerja, tanggung jawab pekerjaan, hubungan interpersonal di tempat kerja, atau budaya organisasi.
Jika dikelompokkan berdasarkan macam macam stressor di atas, berikut contoh stressor di tempat kerja:
Stres di lingkungan kerja memang sesuatu yang tidak bisa dihindari dan akan selalu muncul dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari.
Namun, dengan belajar cara menghadapinya, kamu dapat membuat perbedaan besar secara fisik dan mental.
Berikut cara mengatasi stressor di tempat kerja yang bisa kamu terapkan sehari-hari:
Belajarlah untuk menetapkan batasan antara kehidupan pribadi dan pekerjaanmu. Selesaikan pekerjaan hanya di jam kerja dan gunakan waktu luang untuk beristirahat serta fokus pada kehidupan pribadi.
Selain itu, tetapkan aturan untuk tidak memeriksa email dari rumah di malam hari atau tidak menjawab telepon pekerjaan di luar jam kerja.
Dengan menciptakan work life balance seperti ini, kamu dapat mengurangi potensi konflik antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Masih berkaitan dengan poin pertama, atur “jam biologis” tubuh dengan istirahat teratur.
Untuk mendapatkan waktu istirahat yang teratur ini bisa dimulai dengan menetapkan rutinitas waktu tidur, misal tidur pada pukul 21.00 setiap malam.
Makanan dapat mempengaruhi suasana hati dan tingkat energi seseorang. Oleh karena itu, jaga pola makan yang seimbang dan berikan makanan sehat untuk tubuhmu.
Hindari terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis, berkafeina (cokelat), atau tinggi garam. Sebagai gantinya, perbanyak asupan buah, sayur, dan protein. Jangan lupa tambahkan karbohidrat secukupnya.
Selain itu, berolahragalah secara rutin. Olahraga seperti yoga, pernapasan dalam, meditasi, dan latihan spiritual dapat membantu melepaskan ketegangan dalam tubuhmu. Luangkan waktu sejenak untuk mengenali kebutuhan tubuhmu.
Selain waktu istirahat teratur, tubuh juga membutuhkan tidur cukup. Melansir dari kemkes.go.id, orang dewasa berusia 18-40 tahun membutuhkan waktu tidur 7-8 jam setiap hari.
Jika kamu mengalami kesulitan tidur, cobalah untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman.
Misalnya, pastikan kamar dalam kondisi gelap dan tenang untuk membantumu rileks. Selain itu, untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, hindari mengkonsumsi minuman berkafeina dan mematikan layar ponsel beberapa jam sebelum tidur.
Psikolog Northwestern Medicine, Sheehan D. Fisher, PhD, mengatakan bahwa hubungan sehat, baik dalam persahabatan, keluarga, maupun berpasangan, dapat menciptakan kehidupan yang lebih sehat secara fisik dan mental.
Untuk membangun hubungan positif ini, kamu bisa memulainya dengan saling menanyakan kabar pada teman atau keluarga, berbicara dari hati ke hati, bertukar hadiah, maupun saling mengirimkan makanan.
Selain itu, hindari berfokus pada apa yang ingin kamu dapatkan dari orang lain. Akan tetapi, fokuslah pada bagaimana hubungan tersebut dapat saling menguntungkan.
Jika kamu menemui masalah, diskusikan kekhawatiranmu dengan teman, keluarga, atau kolega yang dapat memberikan nasihat praktis atau dukungan emosional.
Baca Juga: Transferable Skills di Tempat Kerja
Kamu punya kebiasaan rebahan sambil scrolling media sosial? Segera hentikan kebiasaan itu dan matikan layar ponselmu.
Tetapkan batas waktu jelajah aplikasi di ponselmu untuk membantu mengurangi paparan-paparan stressor.
Sebagai gantinya, gunakan waktu luang untuk melakukan hobi dan aktivitas menyenangkan.
Sebagai contohnya, berkebun, membaca buku, menjelajahi tempat-tempat baru, atau terlibat dalam kegiatan sosial. Meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang kamu sukai dapat menjadi pereda stres.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stressor di tempat kerja. Beberapa di antaranya, pencegahan yang bisa kamu terapkan pada diri sendiri berikut ini:
Jika tugas-tugas di luar job desk adalah pemicu stres yang kamu rasakan selama ini, maka sudah saatnya untuk belajar mengatakan “tidak”.
Jika perlu, tetapkan batasan kerja. Putuskan apa yang kamu inginkan dan tidak inginkan, serta beritahu orang lain agar mereka juga mematuhi keputusanmu.
Menerima bantuan dari orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan bisa membantumu mengelola stres.
Oleh karena itu, jika kamu seorang pimpinan yang memiliki tim kerja, tidak semua pekerjaan harus diselesaikan seorang diri.
Delegasikan beberapa tugas pada rekan satu tim yang memiliki kemampuan dan sumber daya di bidang pekerjaan tersebut.
Saat kamu merasa lelah bekerja atau burn out terhadap pekerjaan, luangkan waktu sejenak untuk mengambil cuti.
Gunakan waktu cuti untuk bersantai dan melepas lelah tanpa memikirkan pekerjaan. Bahkan, kamu boleh mematikan ponsel saat cuti dan memfokuskan perhatian pada aktivitas menyenangkan.
Dengan demikian, ketika waktunya kembali bekerja, pikiranmu sudah lebih fresh dan siap untuk memberikan kinerja terbaik.
Ruang kerja nyaman bisa membantumu mencegah stres. Oleh karena itu, atur meja kerjamu agar lebih nyaman dan menyenangkan.
Selain itu, bagi tugas menjadi langkah-langkah kecil dan lebih mudah dikelola, lalu prioritaskan.
Kamu bisa menggunakan kalender, daftar skala prioritas, atau perangkat lunak manajemen proyek agar pekerjaanmu lebih terorganisasi.
Jangan memaksakan diri mengejar target yang melampaui batas dan gunakan waktu secara efektif.
Kesehatan mental karyawan mempengaruhi produktivitas kerja. Jadi, atasan dan rekan kerja memiliki andil untuk menciptakan lingkungan kerja positif, suportif, dan nyaman.
Kamu bisa memulainya dengan berdiskusi bersama atasan atau rekan kerja tentang apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan. Dengan diskusi ini, kamu bisa membangun budaya kerja yang positif atau mendapatkan dukungan dari rekan kerja maupun atasan.
Stressor adalah kondisi yang tidak bisa sepenuhnya dihindari di dunia kerja. Namun, dengan mengidentifikasi stressor dan menerapkan langkah-langkah pencegahannya, kamu tentu bisa meminimalisasi stres di tempat kerja.
Nah, jika kamu membutuhkan informasi lain seputar dunia kerja, cobalah mampir ke Jobstreet.
Kamu juga bisa mendapatkan informasi menarik lainnya seputar tips karier dan self management di platform ini. Yuk, mulai kembangkan kariermu bersama Jobstreet!
Kamu juga bisa mengunduh aplikasi Jobstreet di Google Play maupun App Store, serta bisa pula memilih untuk mengunjungi website resmi.
Selain berbagai informasi di atas, simak berbagai pertanyaan yang paling sering ditanyakan seputar apa itu stressor berikut ini!
Stres kerja normal tidak menimbulkan ancaman, ketakutan, atau perubahan kinerja. Kamu tetap merasa bahagia dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sementara itu, stres berbahaya akan menimbulkan kecemasan, kebingungan, mengganggu konsentrasi hingga menyebabkan kinerja menurun.
Kamu perlu belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan seorang diri.
Berusahalah berpikir positif dan bicarakan dengan atasan. Jika diperlukan, cari dukungan atau bantuan tenaga ahli.
Selain diri sendiri, manajemen perusahaan juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan karyawan.
Oleh karena itu, manajemen perlu menanyakan apa saja langkah perusahaan untuk membantu karyawan mengatasi stres.