Kamu tertarik berkarier di bidang sales? Jika iya, kamu perlu menguasai teknik-teknik penjualan. Nah, cold calling adalah salah satu teknik sales yang tidak boleh kamu lewatkan.
Kenapa teknik cold calling adalah salah satu strategi penting dalam sales? Pasalnya, data dari Cloudtalk menyebutkan bahwa 69% pelanggan mengaku mau menerima cold calls.
Secara garis besar, cold calling adalah teknik menelepon target pelanggan yang sebelumnya tidak menunjukkan minat terhadap produkmu.
Kalau dibandingkan dengan teknik sales lain seperti digital ads, cold calling memang terkesan teknik sales yang terdengar agak kuno.
Namun nyatanya, masih cukup banyak perusahan yang melakukan cold calling, terutama industri business-to-business (B2B) hingga saat ini. Sebab, cold calling dinilai mampu menghasilkan penjualan dengan lebih cepat.
Lantas, bagaimana cara melakukan cold calling yang efektif? Bagaimana cara mendapatkan hasil yang maksimal dari strategi cold calling? Semua pertanyaan itu akan terjawab dalam artikel ini. Yuk, kita pelajari bersama!
Setelah mengetahui arti cold calling, kini kamu tahu bahwa teknik sales satu ini melibatkan sambungan telepon. Meskipun masih cukup efektif, tidak bisa dimungkiri bahwa menghubungi pelanggan via telepon memang cukup menantang.
Ada kemungkinan pelanggan akan langsung memutus sambungan, atau bahkan tidak mengangkatnya sama sekali.
Nah, agar pemasaran via telepon bisa memberikanmu hasil efektif dan maksimal, terapkan beberapa cara berikut ini:
Sebelum memulai panggilan telepon, buatlah daftar prospek terlebih dulu berdasarkan database yang kamu punya. Kemudian, lakukan riset target pelanggan yang tercatat dalam prospek tersebut.
Pelajari profil, karakter, latar belakang, hingga masalah yang mereka hadapi. Berbekal informasi ini, kamu pun bisa menentukan pendekatan dan penawaran yang sesuai.
Sebagai contoh, kamu ingin menawarkan kartu kredit ke pelanggan. Nah, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah mencari tahu pekerjaan target pelanggan.
Kalau ternyata target pelanggan adalah seorang pelajar, tentu penawaranmu akan ditolak karena ia belum membutuhkannya.
Langkah kedua adalah melakukan persiapan yang matang sebelum menghubungi target pelanggan. Tentukan waktu yang tepat untuk menelepon mereka.
Menurut hasil survei Miitel, waktu terbaik menjalankan aktivitas cold calling adalah Selasa pada pukul 9 pagi atau 4 sore.
Selain memilih waktu yang tepat, pikirkan juga bagaimana kamu akan memperkenalkan diri kepada target pelanggan.
Ingatlah bahwa kamu hanya punya sedikit waktu untuk meyakinkan target pelanggan agar mau melanjutkan percakapan. Solusinya, kamu bisa menerapkan pendekatan personal dengan fokus pada masalah atau kebutuhan pelanggan.
Ajukan pertanyaan terbuka agar target pelanggan dapat menjelaskan masalahnya. Tak kalah penting, pastikan nada bicaramu ramah dan sopan, ya.
Cara mematangkan persiapan cold calling adalah dengan membuat skrip atau naskah. Tuliskan poin-poin penting seperti kalimat pembuka yang ingin kamu sampaikan kepada target pelanggan.
Persiapan itu sangat penting agar kamu bisa mengembangkan kalimat pembuka dalam gaya bahasa sendiri berdasarkan poin-poin tersebut.
Namun, hindari membaca skrip kata per kata, ya!
Nah, agar percakapan tidak kaku, hindari membaca skrip kata per kata. Pasalnya, percakapan yang kaku bisa menghilangkan ketertarikan pelanggan terhadap penawaranmu.
Fungsi skrip atau naskah dalam kegiatan cold calling adalah untuk menjadi panduanmu agar obrolan tidak melebar ke mana-mana. Dengan begitu, kamu pun bisa fokus menawarkan produk.
Wajar kalau kamu merasa gugup sebelum melakukan cold calling, apalagi jika ini panggilan pertamamu. Namun, jangan biarkan perasaan tersebut menurunkan kepercayaan dirimu.
Jika kamu terdengar ragu, penawaranmu akan terdengar kurang meyakinkan. Hal ini tentunya dapat menurunkan peluang keberhasilan cold calling.
Ingatlah bahwa kamu sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, mulai dari riset target pelanggan hingga membuat skrip atau naskah.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan latihan pernapasan untuk meredakan perasaan gugup sebelum menghubungi calon pelanggan.
Seperti yang telah disebutkan, cold calling adalah teknik menghubungi target pelanggan yang sebelumnya tidak memiliki minat terhadap produkmu.
Jadi, ada kemungkinan mereka akan menolak penawaran darimu. Jika hal itu terjadi, tetap sampaikan terima kasih kepada target pelangganm, ya. Setelah itu, kamu bisa menjadikan percakapan tersebut sebagai bahan untuk melakukan perbaikan.
Penolakan dari pelanggan adalah hal wajar dalam dunia sales. Namun, kamu harus tetap gigih untuk menghubungi target pelanggan lain hingga menghasilkan penjualan. Jangan mudah menyerah meskipun mengalami penolakan.
Untuk memperbesar peluang kesuksesan, kamu bisa menerapkan beberapa teknik penjualan di bawah ini.
Beberapa teknik yang bisa kamu terapkan dalam kegiatan cold calling adalah personalisasi panggilan, fokus pada calon pelanggan, dan pemanfaatan teknologi. Yuk, kita bahas satu per satu!
Agar bisa membuat calon pelanggan betah mengobrol via panggilan telepon, ciptakan hubungan yang baik sejak awal sambungan. Salah satu caranya adalah dengan mempersonalisasi panggilan calon pelanggan.
Jadi, daripada memanggil dengan sebutan “Anda”, kamu bisa langsung menyebut nama mereka dengan sopan. Misalnya seperti “Ibu X” atau “Bapak Y”.
Cara ini dapat menunjukkan bahwa kamu telah mengenal calon pelanggan dengan baik. Dengan begitu, mereka pun akan merasa lebih dihargai.
Meskipun tujuan cold calling adalah untuk meningkatkan penjualan, ingatlah bahwa calon pelanggan tetap menjadi fokus utama dalam komunikasi.
Artinya, kamu harus mampu mendengarkan secara aktif. Ciptakan ruang aman yang memungkinkan calon pelanggan untuk menceritakan masalah mereka. Setelah mendengarkan cerita tersebut, tunjukkan bahwa kamu berempati dengan mereka.
Kamu bisa mengucapkan kalimat pembuka seperti, “Saya paham masalah yang Bapak Adi alami. Sulit memang mendapatkan modal untuk bisnis. Kebetulan, perusahaan kami menyediakan pinjaman modal XYZ dengan syarat mudah untuk Bapak Adi.”
Agar terdengar lebih meyakinkan dan memastikan pelanggan mau terus mendengarkan, kamu juga dapat menambahkan sedikit success story dari pelanggan lain. Contoh kalimatnya adalah :“Tahun ini, sudah ada 60% pelanggan kami yang berhasil mengembangkan bisnis dalam waktu 6 bulan dengan pinjaman dari kami.”
Tingkatkan efektivitas pemasaran via telepon dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Sebagai contoh, kamu bisa mengintegrasikan cold calling dengan sistem customer relationship management (CRM). Keuntungan dari Integrasi ini adalah kamu bisa mendapat akses terhadap data analitik.
Gunakan data tersebut untuk menyusun strategi cold calling yang lebih personal. Dengan begitu, kamu juga bisa menargetkan prospek yang tepat, sehingga meningkatkan peluang terjadinya penjualan produk.
Lalu, apa yang harus kamu lakukan jika calon pelanggan menunjukkan ketertarikan terhadap produk? Kamu perlu melakukan follow-up!
Ketika kamu berhasil menarik minat calon pelanggan terhadap penawaran produk, biasanya penjualan tidak akan langsung terjadi begitu saja.
Itulah kenapa kamu perlu melakukan follow-up dalam aktivitas cold calling.
Dengan padatnya aktivitas harian yang harus dijalankan, sangat mungkin bahwa calon pelanggan lupa dengan penawaranmu. Selain itu, ada kemungkinan calon pelanggan juga mempunyai pertanyaan sebelum bersedia membeli produkmu.
Oleh sebab itu, kamu perlu melakukan follow-up secara teratur untuk mengingatkan mereka.
Nah, melalui follow-up, kamu dapat memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya, sekaligus meyakinkan mereka untuk membeli produk.
Agar hasil cold call bisa maksimal, kamu harus melakukan follow-up dengan cara yang efektif. Kamu bisa kembali menghubungi calon pelanggan melalui panggilan telepon atau mengirimkan email.
Perhatikan sejumlah tips berikut untuk mengoptimalkan follow-up:
Salah satu kekurangan cold calling adalah proses setelah transaksi selesai. Setelah pelanggan membeli produkmu, jangan diamkan mereka begitu saja.
Tetap lakukan komunikasi secara rutin untuk menjaga hubungan baik dan positif. Misalnya, setelah enam bulan pemakaian produk, kamu bisa menanyakan feedback mereka.
Cara lain yang dapat kamu lakukan adalah dengan mengirim newsletter serta menyampaikan informasi saat ada fitur baru atau promo yang menarik perhatian.
Cold calling adalah teknik menelepon target pelanggan yang sebelumnya tidak menunjukkan minat terhadap produkmu.
Di tengah maraknya pemasaran digital, cold calling masih dinilai cukup efektif untuk mendatangkan penjualan. Kemampuan mendatangkan penjualan tersebut tidak lepas dari karakteristik cold calling yang cenderung personal.
Selain itu, teknik cold calling juga memungkinkanmu untuk mengetahui reaksi target pelanggan secara langsung. Itulah kenapa cold calling masih efektif dilakukan pada era digital seperti sekarang.
Nah, untuk mendapatkan hasil maksimal dari cold calling, kamu perlu menyusun daftar prospek terlebih dulu. Kemudian, lakukan riset target pelanggan untuk memahami masalah dan kebutuhan mereka.
Setelah itu, buatlah skrip atau naskah berisi poin-poin penting yang akan kamu sampaikan kepada calon pelanggan. Terakhir, jangan lupa menjaga nada bicara yang ramah dan lakukan follow-up secara berkala untuk meningkatkan kesuksesan cold calling.
Bagaimana? Apakah kamu tertarik bekerja di bidang sales untuk menerapkan strategi cold calling? Temukan banyak lowongan kerja sales di situs dan aplikasi Jobstreet.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK.
Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dari banyak pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet. Butuh teman diskusi soal karier untuk memperluas networking? Gabung Komunitas Jobstreet, sekarang!
Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!