Pada era industri 4.0 saat ini, kamu pasti sering mendengar istilah startup. Istilah startup merujuk kepada perusahaan baru, perusahaan rintisan, atau perusahaan yang tengah berkembang pesat.
Per November 2023, Indonesia memiliki setidaknya 2.562 perusahaan startup. Jumlah perusahaan startup Indonesia jadi yang terbanyak di Asia Tenggara dan menempati peringkat ke-6 dunia, lho.
Tapi, apakah kamu sudah tahu apa itu startup dan bedanya dengan UMKM? Berikut penjelasan selengkapnya.
Berikut adalah beberapa definisi perusahaan startup menurut para ahli:
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa startup adalah perusahaan rintisan atau perusahaan baru yang tumbuh pesat dan bergerak dengan teknologi untuk melahirkan inovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Startup dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) sering diidentikkan sebagai entitas yang sama sebagai perusahaan rintisan.
Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup fundamental, lho. Apa saja perbedaan antara startup dan UMKM? Berikut penjelasannya:
Dalam hal tingkat tingkat pertumbuhan, UMKM dan startup memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sebagai perusahaan rintisan, startup memiliki visi yang luas dan jauh ke depan.
Dengan demikian, jangkauan dan tingkat pertumbuhan startup bisa sampai ke skala global.
Di lain sisi, UMKM cenderung fokus kepada ranah bisnis yang sudah ada dan menjangkau komunitas lokal untuk go nasional.
Dengan visi dan misi yang besar, startup menyasar target pasar yang luas, bahkan bisa menjangkau negara lain. Badan usaha ini dirancang untuk skala bisnis yang besar.
Sementara itu, perusahaan konvensional seperti UMKM berfokus pada pemberdayaan SDM dan SDA lokal. Alhasikm target pasar mereka juga tidak sebesar startup.
Dari segi keuntungan, perusahaan konvensional seperti UMKM biasanya bisa lebih mudah dan cepat meraih profit, bahkan sejak hari pertama beroperasi. Hal ini karena tujuan utama UMKM adalah pemaksimalan keuntungan.
Di sisi lain, bisnis startup memerlukan waktu lebih lama, bahkan bisa mencapai bertahun-tahun untuk mencapai keuntungan.
Sebagai perusahaan rintisan, startup sering kali dikaitkan dengan investor. Yup, inilah salah satu perbedaan startup dan perusahaan konvensional seperti UMKM.
Startup biasanya mencari pendanaan dari investor dengan tujuan jangka panjang. Di lain sisi, sumber keuangan UMKM biasanya berasal dari dana pribadi atau pinjaman dari bank.
Startup berfokus pada inovasi dan ide-ide out of the box. Berbeda dari perusahaan konvensional, startup lebih fokus pada bisnis yang belum pernah ada atau memperbaiki yang sudah ada sebelumnya.
Sifat bisnis dan pengembangan startup adalah eksperimental dan menggebrak.
Di lain sisi, UMKM bergerak pada model bisnis yang sudah ada, seperti industri makanan. UMKM juga lebih berfokus pada perolehan keuntungan ketimbang penemuan baru.
Meski sama-sama memiliki entitas sebagai perusahaan, startup dan korporasi ternyata cukup berbeda dalam berbagai hal. Apa saja perbedaannya? Berikut penjelasannya:
Perbedaan pertama antara startup dan korporasi terletak pada struktur birokrasi atau struktur organisasi.
Badan usaha korporasi memiliki sistem birokrasi yang kompleks dan ada hierarki yang jelas antara karyawan dan atasan. Interaksi keduanya bahkan terbatas dan jarang terjadi.
Di sisi lain, perusahaan startup memiliki struktur organisasi yang lebih dinamis. Interaksi antarkaryawan dibuat cukup fleksibel. Bahkan, tidak jarang owner perusahaan startup bisa bercengkrama santai dengan karyawannya.
Perbedaan lain antara korporasi dan startup adalah lokasi kerja. Perusahaan korporasi memiliki tempat kerja berupa kantor dengan ruangan-ruangan yang diperuntukkan untuk karyawan. Dengan demikian, karyawan wajib ngantor untuk melakukan pekerjaannya.
Lain halnya dengan perusahaan startup yang terkadang tidak terikat dengan lokasi kerja. Perusaahan startup bisa saja memiliki kantor atau headquarter.
Tapi, mereka bisa menerapkan konsep kerja yang lebih fleksibel dengan sistem hybrid, work from home (WFO), bahkan work from anywhere (WFA).
Badan usaha korporasi menerapkan jam kerja yang ketat dan teratur bagi setiap karyawannya. Biasanya, jam kerja korporasi mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.
Berbeda dari korporasi, perusahaan startup cenderung lebih fleksibel dalam menerapkan jam kerja. Karyawan startup biasanya punya kelonggaran bekerja kapan saja asalkan memenuhi ketentuan durasi kerja yang sudah ditetapkan perusahaan.
Baca Juga: Tips dan Pilihan Ganti Profesi Setelah Kerja di Startup
Dari penjelasan sebelumnya, terlihat jelas bagaimana sistem kerja perusahaan startup. Supaya kamu lebih paham, berikut adalah ciri-ciri perusahaan startup yang bisa dikenali:
Pada dasarnya, startup merupakan perusahaan yang masih belia. Perusahaan dikatakan sebagai startup jika usianya kurang dari tiga tahun.
Pasalnya, startup membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan untuk mematangkan produknya sebelum kemudian dirilis ke pasar.
Startup adalah usaha berbasis inovasi. Ide-ide bisnis yang dikeluarkan selalu out of the box dan belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, startup selalu memiliki ciri khas yang unik dan baru sebagai solusi untuk konsumennya.
Perusahaan startup berfokus pada pengembangan ide dan inovasi. Mereka lebih getol memperbaiki kualitas ketimbang kuantitas di awal pembentukannya.
Konsekuensinya, startup memilih menerapkan struktur organisasi yang ramping dan seefisien mungkin daripada merekrut banyak karyawan di awal.
Jumlah karyawan startup juga tidak terlalu banyak, karena lebih mementingkan skill dan kompetensi setiap karyawan.
Budaya multitasting menjadi ciri mencolok pada perusahaan startup. Jumlah SDM yang masih sedikit membuat karyawan harus bisa multitasking dan memiliki lebih banyak tanggung jawab pekerjaan.
Meski demikian, karyawan startup lebih memiliki semangat untuk mengembangkan ide-ide mereka berkat kualifikasi yang dimiliki.
Mengingat statusnya sebagai perusahaan rintisan, startup masih berada dalam fase pengembangan.
Perusahaan belum banyak memiliki peralatan atau komponen bisnis yang lengkap. Tapi, akan selalu berkembang demi mencapai kemajuan dari rancangan ide bisnis yang dimiliki.
Dibanding perusahaan konvensional, hampir seluruh ranah operasional startup menggunakan teknologi. Untuk itu, kebutuhan internet sangat krusial.
Rata-rata perusahaan startup menggunakan situs sebagai media promosi dan informasi.
Mengingat tujuan perusahaan startup adalah menciptakan bisnis yang inovatif dan memberi solusi, rata-rata perusahaan rintisan ini menciptakan produk digital.
Selain mudah diakses oleh pengguna, produk digital juga lebih murah daripada produk fisik.
Setiap bisnis atau usaha pasti membutuhkan pendanaan di awal sebagai sumber modal. Perusahaan startup bisa mendapatkan pendanaan dari tiga sumber berikut:
Jika ide bisnis dirasa menarik, teman atau keluarga bisa berinvestasi alias mendanai perusahaan yang akan dirintis.
Namun, mendapatkan pendanaan dari keluarga atau teman bukan tanpa risiko. Kamu harus bisa mengembangkan dan merealisasikan ide supaya bisa mengembalikan pinjaman tersebut.
Sumber pendanaan startup juga bisa berasal dari inkubator. Inkubator adalah sebuah program yang dibuat untuk membantu mengembangkan perusahaan startup, mulai dari pelatihan, monitoring, hingga pendanaan.
Di Indonesia sendiri ada beberapa inkubator besar seperti IDX Incubator, Ciputra GEPI Incubator, dan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang siap membantu terbentuknya perusahaan startup.
Selanjutnya, perusahaan startup juga bisa memperoleh sumber dananya dari venture capital.
Pendanaan ini memberi sejumlah modal yang diberikan para investor untuk startup yang dinilai memiliki potensi menguntungkan. Sumber dananya bisa berasal dari investor kelas atas, bank, atau lembaga keuangan lainnya.
Perusahaan startup memiliki beberapa jenis berdasarkan industrinya. Ada beberapa contoh startup di Indonesia yang menawarkan solusi bagi konsumen berdasarkan bidangnya masing-masing.
Berikut adalah jenis dan contoh startup berdasarkan industrinya:
Startup di bidang industri perjalanan dan akomodasi memberikan solusi untuk konsumen yang ingin traveling dengan lebih mudah. Konsumen bisa memesan tiket pesawat, kamar hotel, sampai tiket ke berbagai atraksi hiburan dari satu aplikasi.
Contoh perusahaan startup perjalanan dan akomodasi adalah Tiket.com, Traveloka, Agoda, dan RedDoorz.
Di bidang properti, perusahaan startup membantu konsumen untuk membeli, menjual, atau menyewa properti dengan mudah dan cepat. Hal ini memudahkan penjual dan pembeli yang ingin mencari properti tanpa harus bersusah payah.
Contoh jenis perusahaan startup di bidang ini adalah Lamudi.co.id, Rumah123, dan Mamikos.
Industri hiburan dan permainan seakan menjadi lahan bisnis yang tidak ada matinya. Apalagi, kebanyakan orang saat ini sering menghabiskan waktu dengan bermain game di smartphone.
Contoh jenis perusahaan startup industri hiburan dan gaming berbasis teknologi adalah Agate Studio, Touchten Games, dan Toge Production.
Startup pertanian dan agroteknologi memiliki fokus yang beragam. Ada yang fokus menghubungkan petani dan investor dengan tujuan pendanaan, atau menjadi wadah penghubung petani lokal atau produsen dengan konsumen yang ingin mendapatkan produk pertanian.
Contoh startup pertanian yang operasinya berbasis teknologi adalah Crowde, TaniHub, dan Sayurbox.
Dalam bidang kesehatan, perusahaan startup membantu konsumen untuk terhubung dengan layanan kesehatan tanpa harus meninggalkan rumah.
Layanan tersebut meliputi konsultasi via chat, video call dengan dokter, dan delivery obat langsung sampai ke rumah tanpa melalui proses yang rumit.
Contoh jenis perusahaan startup di bidang kesehatan adalah Halodoc dan Alodokter.
Industri pendidikan memiliki startup yang cukup populer dan gampang diakses oleh peserta.
Platform yang tersedia memiliki banyak fitur, seperti video pembelajaran dengan tampilan menarik dan mudah dimengerti. Ada pula fitur premium seperti sesi belajar langsung dengan mentor.
Contoh perusahaan startup di bidang pendidikan adalah Ruangguru, Dibimbing.id, dan Quipper.
Di dunia e-commerce, startup menjadi wadah bagi penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi secara online tanpa harus menguras waktu dan tenaga.
Contoh perusahaan startup di bidang e-commerce yang berkembang di Indonesia adalah Tokopedia, Cosmart, Shopee, BliBli, dan Bukalapak.
Sebagai perusahaan rintisan, startup membutuhkan suntikan dana yang tidak sedikit. Apalagi, jika ide bisnisnya mengusung inovasi-inovasi besar yang dirasa mampu menarik publik.
Dalam hal ini, ada berbagai jenis perusahaan startup berdasarkan seri pendanaannya. Berikut penjelasannya:
Seri pendanaan bootstrapping hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang. Pasalnya, pendanaan ini dilakukan tanpa menarik investor lain, dan hanya menggunakan dana pribadi.
Bootstrapping dilakukan oleh founder yang memiliki modal pribadi yang cukup besar untuk mendanai startup tanpa bantuan investor luar.
Pre-seed funding adalah jenis pendanaan pada perusahaan startup yang dilakukan pada tahap awal.
Biasanya, pendanaan pre-seed berasal dari kolega atau kerabat dekat, dan dilakukan sembari perusahaan startup mengembangkan model bisnis ataupun produknya.
Berbeda dengan pre-seed funding, seed funding adalah pendanaan startup oleh investor. Injeksi dana yang diberikan menjadi modal pertama pada awal pembentukan startup.
Konsekuensinya, investor akan mendapatkan timbal balik berupa keuntungan melalui penjualan saham ketika badan usaha tersebut sudah mencetak keuntungan.
Pendanaan seri A adalah pendanaan yang diberikan oleh investor kepada startup yang sudah memiliki produk dan pelanggan dalam jumlah tertentu. Jenis pendanaan ini adalah tahap awal dari venture capital.
Startup yang mendapatkan suntikan pendanaan seri A biasanya telah memiliki valuasi senilai US$ 10 juta hingga US$ 15 juta.
Pendanaan ini digunakan untuk dapat melakukan inovasi dan pengembangan produk, layanan, mengimbangi kekurangan finansial, serta membangun pertumbuhan bisnis yang terukur.
Lanjutan dari pendanaan seri A bisnis startup adalah pendanaan seri B. Jenis pendanaan ini diberikan investor kepada startup yang telah melakukan ekspansi dari segi produk, layanan, manajemen, ekspansi pasar, dsb.
Hal ini tentu diperuntukkan untuk pencapaian keuntungan yang lebih besar. Pendanaan seri B oleh investor biasanya dilakukan saat valuasi startup bernilai US$ 30 juta hingga US$ 60 juta.
Jenis pendanaan seri C bisa dicapai ketika perusahaan startup memiliki valuasi senilai US$ 100 juta hingga US$ 150 juta.
Pendanaan seri C menjadi bukti bahwa startup sudah berkembang pesat, dinilai dari pendapatan, jumlah konsumen, tingkat pertumbuhan, dan proyeksi ke depannya.
Suntikan dana seri C biasanya digunakan untuk mengembangkan produk atau layanan baru, memperluas jangkauan pasar, hingga mengakuisisi startup lain di bidang industri yang sama.
Pendanaan dengan sistem IPO dilakukan ketika perusahaan startup sudah siap untuk diluncurkan ke publik.
Artinya, startup akan melakukan IPO di bursa saham dan berubah dari badan usaha swasta menjadi publik. Sahamnya pun sudah bisa dibeli di bursa saham. Dalam level ini, startup biasanya sudah mencapai valuasi sekitar 1 miliar dollar Amerika.
Baca Juga: 8 Alasan Pentingnya Learning Culture di Perusahaan
Bekerja di perusahaan startup kini banyak menjadi incaran para jobseeker. Selain menawarkan suasana kerja yang asyik dengan gaji kompetitif, berikut adalah kelebihan kerja di startup yang menarik untuk disimak.
Dengan bekerja di perusahaan startup, kesempatan kamu untuk belajar jadi lebih terbuka. Budaya multitasking membuat karyawan mau tidak mau sering bersinggungan dengan job description yang luas.
Startup bisa membuat kamu mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin.
Lingkungan kerja di perusahaan startup menawarkan suasana yang lebih adaptif dan fleksibel.
Hal ini menjadi kelebihan tersendiri, terutama bagi karyawan yang ingin mencari side hustle.
Waktu bekerja di perusahaan startup memang telah ditentukan, tetapi tidak dibatasi aturan jam kerja. Misalnya, pekerjaanmu pada hari itu selesai lebih cepat, maka kamu bisa bersantai.
Namun, kamu harus tetap waspada akan datangnya pekerjaan lain secara tiba-tiba, ya.
Dalam perusahaan startup, kinerja apik dan kontribusi positif apa pun yang dilakukan karyawan akan mendapatkan spotlight dan pengakuan. Pasalnya, jumlah karyawannya pun belum begitu banyak.
Selain itu, inovasi dan gebrakan yang kamu sampaikan tentu menjadi nilai plus di tengah pengembangan yang dilakukan.
Selain lingkungan yang adaptif, perusahaan startup biasanya juga memiliki tempat dan suasana kerja yang menyenangkan. Banyak fasilitas yang bisa digunakan karyawan sehingga tidak harus monoton duduk di meja kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
Soal aturan pakaian kerja, perusahaan startup biasanya juga santai, asalkan sopan.
Suasana ini tentu lebih menyenangkan untuk bekerja dan membuat karyawan semakin rileks.
Di startup, jangan sungkan bahkan ragu untuk mengemukakan ide. Kamu bisa menjajal dan mengusulkan banyak ide segar kepada rekan kerja ataupun founder tanpa batas waktu dan birokrasi.
Selain menawarkan berbagai kelebihan, bekerja di startup juga memiliki kekurangan. Apa saja? Berikut penjelasannya:
Kondisi perusahaan startup biasanya belum stabil. Tidak sedikit startup yang masih pitching atau mencari pendanaan untuk mengembangkan bisnis pada tahun pertama.
Sayangnya, tidak semua berhasil. Survei memperlihatkan bahwa lebih dari 80% startup gagal di tiga tahun pertama dan harus gulung tikar.
Menjalani peran multitasking dalam pekerjaan startup adalah hal wajib dan bisa sangat melelahkan.
Jika tidak mampu bekerja multitasking, tugas-tugas akan tercecer dan berdampak pada waktu istirahat. Kehidupan pribadi kamu juga pasti akan terganggu karena harus sering working late untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.
Bekerja di startup tidak seperti bekerja di perusahaan pada umumnya yang menggaji karyawan dengan Upah Minimum Regional (UMR). Kamu akan menerima gaji yang variatif, tergantung dari besarnya startup.
Jika statusnya sudah unicorn atau decacorn, perusahaan startup tentu mampu memberi gaji yang cukup besar. Namun, apabila startup masih baru berdiri, kisaran gaji yang diberikan bisa di bawah UMR.
Dengan banyaknya tuntutan soal beban kerja, kreatifitas, hingga kewajiban multitasking, bekerja di startup menuntut kamu untuk pandai mengatur waktu.
Jam kerja di startup memang fleksibel. Tapi, karyawan startup kemungkinan besar akan bekerja lebih lama karena banyaknya beban tugas dan jumlah karyawan yang terlalu sedikit.
Hal ini tentu memengaruhi kehidupan pribadi. So, harus pintar-pintar atur waktu, ya.
Nah, sampai di sini, apakah kamu tertarik untuk bekerja di perusahaan startup?
Kalau kamu tertarik, berikut adalah tips membangung karir di startup:
Saat bekerja di perusahaan startup, tak perlu sungkan dengan atasan atau rekan kerja yang lebih senior.
Kamu harus bisa memanfaatkan setiap orang yang ada di sekitar sebagai mentor dan selalu dengarkan saran-saran yang mereka sebagai ilmu baru.
Selain bisa multitasking, kamu juga harus menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang fleksibel, mampu beradaptasi, dan belajar dengan cepat.
Hal itu dibutuhkan karena pace kerja di startup cukup tinggi. Alhasil, karyawan dituntut mampu mengatasi segala perubahan yang terjadi.
Tips selanjutnya adalah tunjukkan inisiatif yang tinggi. Jangan ragu untuk mengemukakan ide atau inisiatif kreatif untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Cakupan kerja startup yang luas membuat kamu akan sering bertemu dengan orang baru, baik itu rekan kerja maupun investor.
Manfaatkan setiap hubungan untuk membangun networking dan relasi, sehingga kamu memiliki kesempatan untuk mengembangkan karir di masa depan.
Dalam perusahaan startup, setiap masukan sangatlah berarti. Kamu harus mampu menunjukkan kontribusi positif terhadap perusahaan agar peran pekerjaan pun tampak nyata dan memiliki pengaruh.
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuanmu, cobalah untuk mengambil tantangan dengan mengerjakan proyek baru.
Jangan ragu untuk ajukan gagasan pada atasan dengan mengambil kontribusi besar pada ide tersebut.
Namun, pastikan juga bidang yang diambil memang sesuai dengan skill karir dan pengetahuan yang kamu miliki.
Mengembangkan karir di dunia startup memang butuh kerja keras. Kamu harus terus meningkatkan performa kerja untuk menjadi profesional yang andal dalam bidang yang kamu tekuni.
Setelah memahami plus dan minus bekerja di perusahaan rintisan, apakah kamu tertarik membangun karir di startup?
Tertarik atau tidak, kamu tetap harus selalu mengembangkan diri agar bisa terus bersaing di dunia kerja yang dinamis.
Yuk, persiapkan diri kamu untuk menembus pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK. Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat.
Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!