Pernah mendengar istilah KYC? Mungkin banyak dari kamu yang masih asing dengan istilah tersebut, ya.
KYC adalah singkatan dari know your customer, sebuah prinsip penting untuk mengenali nasabah atau pelanggan. KYC umum digunakan pada dunia bisnis, terutama yang berkaitan dengan keuangan seperti bank.
Lantas, apa itu KYC? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Sumber : Unsplash
Dalam bahasa Indonesia, KYC artinya mengenal nasabah. Know Your Customer atau KYC adalah aturan yang digunakan oleh instansi keuangan, seperti bank maupun non-bank, untuk mengetahui identitas dari setiap nasabah mereka. Penerapan program ini wajib dilaksanakan di semua institusi jasa keuangan.
KYC digunakan untuk memantau kegiatan transaksi nasabah. Dengan begitu, transaksi mencurigakan seperti korupsi, pencucian uang, dan tindakan pidana lainnya bisa segera ditindaklanjuti.
Jadi, prosedur KYC tak hanya wajib untuk lembaga perbankan, tetapi juga lembaga non-perbankan. Lembaga non-perbankan yang dimaksud antara lain adalah Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, platform e-wallet, dan masih banyak lagi.
Lebih lanjut, dasar hukum KYC tercantum dalam beberapa undang-undang, di antaranya:
Bagi pemerintah Indonesia, penerapan KYC diharapkan agar institusi keuangan di Tanah Air tetap berada dalam daftar cooperative country di Bank Dunia. Dengan begitu, Indonesia bisa terus melakukan beragam bentuk transaksi keuangan legal secara global.
Sumber : Pexels
Penerapan prinsip Know Your Customer memiliki banyak manfaat bagi lembaga keuangan maupun nasabah. Berikut beberapa manfaat dari KYC:
Bagi lembaga keuangan, proses KYC membantu mencegah tindak pidana yang berhubungan dengan keuangan. Adapun tindak pidana yang dimaksud antara lain pencucian uang, pendanaan terorisme, meminimalkan kemungkinan tindak penipuan, dan tindak pidana lainnya.
Selain itu, KYC juga meningkatkan kepatuhan lembaga keuangan terhadap regulasi yang berlaku.
Pada akhirnya, manfaat KYC ialah untuk membantu lembaga keuangan untuk memperkuat citra dan reputasi mereka.
Sementara itu, manfaat KYC bagi nasabah yaitu dapat membantu meningkatkan keamanan dan kepercayaan mereka. KYC juga mempermudah akses nasabah ke berbagai layanan dan produk keuangan.
Pada akhirnya, KYC dapat mendukung proses penciptaan sistem keuangan yang lebih adil dan juga transparan.
Sumber : Unsplash
Proses KYC merupakan prinsip yang diterapkan industri keuangan untuk meminimalkan risiko keuangan. Berikut beberapa tujuan utama dari proses KYC:
KYC berfungsi untuk mengidentifikasi identitas nasabah. Caranya yaitu melalui pengecekan dokumen identitas, seperti KTP, KK, paspor, atau dokumen identifikasi lainnya.
Proses identifikasi nasabah dilakukan bank untuk memastikan bahwa nasabah merupakan orang yang memiliki rekening terkait.
KYC digunakan untuk memahami risiko potensial yang berhubungan dengan nasabah dan transaksi mereka. Prosesnya melibatkan evaluasi profil risiko pelanggan sesuai dengan informasi yang ada, seperti sumber dana dan jenis transaksi yang dilakukan.
Dilansir dari Online Pajak, KYC membantu bank sentral, seperti Bank Indonesia, untuk mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh institusi keuangan.
Selain itu, KYC juga digunakan lembaga perbankan untuk mengawasi aktivitas transaksi nasabah untuk mendeteksi perilaku yang mencurigakan.
Saat proses KYC dilakukan dan ditemukan transaksi yang mencurigakan, maka lembaga keuangan wajib melaporkannya kepada otoritas atau lembaga penegak hukum.
Pelaporan aktivitas tidak wajar dalam keuangan merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan tindakan pencucian uang dan pendanaan aksi terorisme.
Baca Juga: Apa itu Pialang? Ini Tugas, Jenis dan Cirinya
Sumber : Unsplash
Penerapan KYC dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat menggunakan layanan dan produk keuangan. Berikut beberapa contoh penerapan KYC:
Saat hendak membuka rekening bank, bank tentunya akan meminta informasi pribadi calon nasabah. Di sinilah proses KYC verification dilakukan, yakni dengan mengonfirmasi data diri calon nasabah melalui konfirmasi personal dan konfirmasi dokumen.
KYC juga diterapkan dalam proses pengajuan pinjaman ke bank atau koperasi simpan pinjam. Lembaga keuangan melakukan KYC terhadap nasabah untuk memastikan bahwa orang tersebut adalah orang yang dapat dipercaya.
Pasalnya, prosedur verifikasi identitas juga melibatkan proses pengecekan riwayat kredit. Nah, informasi terkait skor kredit dapat digunakan untuk menentukan apakah calon nasabah layak mendapatkan pinjaman atau tidak.
Verifikasi KYC adalah prosedur yang tak hanya wajib dilakukan oleh jasa keuangan, tetapi juga manajemen investasi. Artinya, investor yang ingin membeli produk investasi wajib melewati prosedur KYC.
Dalam hal ini, perusahaan investasi akan meminta sejumlah data-data pribadi untuk memastikan bahwa investor merupakan pihak yang kredibel. Jadi, perusahaan dan investor sama-sama mendapatkan perlindungan dalam proses transaksi.
Proses KYC juga diterapkan dalam penggunaan layanan finansial dari platform financial technology (fintech), seperti peer-to-peer lending. Fintech perlu memverifikasi identitas calon nasabah untuk mengetahui risiko sebelum memberi mereka akses layanan pada jasa keuangan.
Prosedur KYC tak hanya berlaku untuk transaksi mata uang dalam negeri (Rupiah). KYC juga berlaku untuk transaksi mata uang asing, valuta asing, atau banknote. Tujuannya untuk mencegah penggunaan valuta asing untuk tujuan ilegal seperti pencucian uang.
Itulah beberapa contoh KYC dalam berbagai konteks keuangan. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa KYC berfungsi untuk melindungi lembaga keuangan dan nasabah dari risiko yang tidak diinginkan.
Sumber : Unsplash
Proses KYC adalah prosedur yang melibatkan beberapa langkah penting untuk menjaga keamanan dan kepatuhan dalam industri keuangan. Berikut tahapan dalam prosedur verifikasi KYC.
Tahap pertama dalam prosedur KYC adalah pengumpulan informasi pelanggan. Informasi yang dimaksud mencakup nama calon nasabah, NIK KTP, alamat KTP dan tempat tinggal, tempat tanggal lahir, dan sebagainya.
Sementara bagi nasabah perusahaan, keterangan yang diminta umumnya meliputi nama perusahaan, nomor izin, bidang usaha, alamat usaha, bentuk badan hukum, dan masih banyak lagi.
Penyedia layanan keuangan harus mengumpulkan keterangan tersebut sebelum lanjut ke langkah berikutnya.
Setelah keterangan diri calon nasabah terkumpul, langkah selanjutnya adalah verifikasi identitas. Pada dasarnya, ada empat proses verifikasi, yakni verifikasi kartu identitas (KTP), wajah, dokumen lain seperti KK, izin usaha, dan lain sebagainya, serta verifikasi biometrik.
Langkah verifikasi identitas nasabah dilakukan untuk memastikan kebenaran informasi calon nasabah. Dengan begitu, risiko-risiko yang bisa menimbulkan kerugian semua pihak bisa diminimalisir.
Tahap selanjutnya dalam prosedur verifikasi KYC bank adalah penilaian risiko calon nasabah. Pada tahap ini, lembaga bank maupun non bank harus mengevaluasi risiko yang terkait dengan calon nasabah mereka.
Di Indonesia, penilaian risiko nasabah dapat dilihat melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Melalui sistem ini, lembaga keuangan bisa mengetahui riwayat kredit dari calon nasabah.
Dengan begitu, pihak jasa keuangan bisa menentukan kelayakan calon nasabah untuk mengakses layanan keuangan mereka. Jadi, hal-hal yang sekiranya bisa merugikan lembaga keuangan, seperti potensi kredit macet, bisa diminimalkan.
Langkah terakhir dalam verifikasi KYC, yaitu pengawasan berkelanjutan terhadap aktivitas transaksi nasabah. Bisnis di bidang keuangan memiliki kewajiban untuk terus memantau dan memeriksa transaksi nasabah secara berkala.
Seperti yang dijelaskan, pemantauan berkelanjutan ditujukan untuk mendeteksi transaksi mencurigakan, seperti transaksi dalam jumlah besar dan tidak wajar.
Namun secara umum, prosedur identifikasi data-data nasabah dilakukan dengan dua cara, yakni Enhanced Due Diligence (EDD) dan Customer Due Diligence (CDD).
CDD adalah proses identifikasi, verifikasi, dan pengawasan aktivitas transaksi nasabah, apakah sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen milik nasabah atau tidak. Sementara itu, EDD merupakan tindakan CDD, tetapi lebih kompleks.
Sebab, EDD dilakukan pada calon nasabah yang memiliki riwayat buruk. Contohnya adalah nasabah dengan tingkat ancaman tinggi atau kewenangan publik terhadap dugaan tindak pidana pencucian uang maupun pendanaan aksi terorisme.
Sumber : Unsplash
Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses Know Your Customer (KYC) merupakan kunci penting dalam operasional penyedia jasa keuangan. KYC menjadi program untuk memastikan identitas dan aktivitas nasabah terverifikasi secara legal.
Prinsip KYC adalah wajib untuk semua bisnis yang bergerak di bidang keuangan, baik perbankan maupun lembaga keuangan non bank. Tujuannya tak hanya untuk memantau aktivitas transaksi nasabah, tetapi juga untuk mencegah kasus kriminal, seperti tindak pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya.
Itu tadi pembahasan terkait KYC. Buat kamu yang ingin mendapatkan informasi terkait keuangan, bisnis, atau semua yang berhubungan dengan karier, yuk kunjungi situs Jobstreet. Kamu juga bisa loh download aplikasinya secara gratis di Play Store atau App Store.
Baca Juga: Good Manufacturing Practice (GMP): Definisi, Tujuan, dan Penerapannya
Bagaimana, sudah paham kan apa sebenarnya itu KYC? Nah, di bawah ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin muncul di benakmu. Yuk, simak!
Ya, KYC wajib untuk semua orang yang mau menggunakan layanan keuangan dari lembaga bank maupun non bank. Hal ini termasuk proses pembukaan rekening bank, pengajuan kredit, atau transaksi keuangan lainnya.
Tujuannya untuk memastikan bahwa identitas dan kegiatan transaksi nasabah dapat diverifikasi dan diawasi sesuai dengan regulasi.
Bila kamu tidak melakukan KYC, besar kemungkinannya kamu tidak diizinkan untuk menggunakan layanan keuangan dari institusi keuangan. Kemungkinan kamu juga akan dikenai sanksi hukum bila tidak melakukan proses KYC.
Contohnya KYC DANA, masih banyak pengguna platform e-wallet DANA pada tahun 2021 yang belum melakukan proses verifikasi KYC. Padahal proses ini penting untuk menjaga keamanan data pengguna dalam bertransaksi. Selain itu, verifikasi ini juga untuk mencegah tindak kejahatan digital.
Kamu bisa melindungi data pribadi kamu dalam proses KYC dengan memastikan bahwa kamu berurusan dengan lembaga keuangan yang terdaftar dan diawasi oleh otoritas terkait. Otoritas yang dimaksud antara lain adalah Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bila kamu tidak mengikuti proses KYC, maka kemungkinan besar kamu tidak bisa menggunakan layanan keuangan tertentu. Dalam beberapa kasus tertentu, ada kemungkinan kamu akan mendapatkan sanksi berat, seperti pembekuan rekening.
Pasalnya, KYC merupakan program penting untuk mencegah terjadinya aktivitas keuangan ilegal. Sebut saja seperti kejahatan digital seperti pencurian data, tindak pidana pencucian uang, pendanaan kegiatan terorisme, dan tindak pidana lainnya.