Tingkatkan Produktivitasmu dengan 5 Jenis Budaya Kerja

Tingkatkan Produktivitasmu dengan 5 Jenis Budaya Kerja
Jobstreet tim kontendiperbarui pada 06 November, 2024
Share

Setelah menyelesaikan pendidikan, seseorang akan memasuki babak baru kehidupan, yakni dunia kerja. Dalam tahap ini, fresh graduate bisa memilih untuk berwirausaha, mencari kerja di perusahaan, atau melanjutkan pendidikan.

Tapi, kebanyakan orang memilih bekerja menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Nah, kalau kamu memilih bekerja, ada banyak kriteria yang harus kamu pertimbangkan sebelum mengirim lamaran kerja.

Salah satu kriteria yang mungkin sering luput dari perhatian pelamar adalah budaya kerja. Padahal, budaya kerja memengaruhi produktivitas dan juga karir kamu dalam jangka panjang.

Lantas, apa itu budaya kerja? Apa saja jenis-jenis budaya kerja? Dalam artikel ini, kita akan belajar seluk-beluk budaya kerja, mulai dari definisi, manfaat, hingga jenisnya. Yuk, kita pelajari bersama!


⁠Apa Itu Budaya Kerja? 

Tiga orang karyawan tampak produktif karena perusahaan menerapkan budaya kerja positif. (Sumber: Envato)

Secara sederhana, pengertian corporate culture atau budaya kerja adalah nilai-nilai, karakteristik, dan atribut perusahaan yang tecermin dalam perilaku karyawan, gaya kepemimpinan, kebijakan perusahaan, dan fasilitas perusahaan. 

Budaya kerja punya kaitan erat dengan lingkungan kerja dan mentalitas sumber daya manusia. 

Perusahaan dengan budaya kerja positif tentunya mampu menghadirkan lingkungan kerja yang sehat sehingga karyawannya memiliki perilaku yang baik dan etos kerja tinggi.


⁠Pentingnya Budaya Kerja 

Ilustrasi budaya kerja positif di perusahaan. (Sumber: Envato)

Idealnya, perusahaan punya budaya kerja yang positif karena hal itu akan berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan dan karyawan. 

Bagaimanapun juga, tujuan memiliki budaya kerja yang utama adalah membangun sumber daya manusia. 

Budaya kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Itulah mengapa penerapan budaya kerja positif akan menciptakan lingkungan kerja sehat bagi karyawan. 

Lingkungan kerja yang sehat tentunya akan membuat karyawan memberikan kinerja terbaik. Bagi karyawan, budaya kerja yang baik membuat mereka diapresiasi sehingga tingkat kepuasannya tinggi. 

Bagi perusahaan, hal ini memberikan dampak positif berupa loyalitas karyawan. Dengan kata laian, perusahaan tidak akan kehilangan talenta terbaiknya dengan mudah atau cepat.

 

Jenis-jenis Budaya Kerja 

Suasana perusahaan yang menerapkan budaya kerja positif. (Sumber: Envato)

Nah, sekarang kamu sudah mengetahu pengertian dan pentingnya budaya kerja. Tapi, apa saja jenis budaya kerja? Berikut beberapa di antaranya:

1. Budaya kerja kolaboratif 

Budaya kerja kolaboratif adalah budaya kerja yang menekankan kerja sama dalam tim ataupun antardepartemen. 

Budaya kolaboratif memberikan manfaat berupa interaksi yang intens dan kreativitas yang berkembang karena setiap anggota organisasi wajib berkontribusi. 

Contoh budaya kerja kolaboratif dapat kita lihat di Pixar. Perusahaan film animasi itu sangat menghargai kreativitas karyawannya dan mendukung mereka untuk berbagai pekerjaan. Dengan demikian, mereka dapat konsisten berkarya. 

2. Budaya kerja inovatif 

Budaya kerja inovatif adalah budaya kerja yang mendorong munculnya pemikiran atau ide-ide baru yang kreatif. 

Budaya ini sangat sesuai untuk perusahaan teknologi dan industri kreatif yang selalu menuntut kebaruan karena mereka memiliki tujuan menyelesaikan permasalahan manusia. 

Contoh budaya kerja inovatif terlihat di Apple. Pada tahun 1976, Apple memproduksi komputer pribadi, yaitu Apple I meski pasar komputer belum luas. Kemudian, pada tahun 2007, Apple mendobrak pasar ponsel dengan menghadirkan fitur layar sentuh.  

3. Budaya kerja berorientasi hasil 

Budaya kerja berorientasi hasil juga disebut market culture. Budaya kerja ini fokus untuk mencapai tujuan dan hasil konkret. 

Dalam budaya kerja ini, karyawan akan berkutat dengan tenggat waktu, mencapai target, dan hasil yang dicapai.

4. Budaya kerja fleksibel 

Budaya kerja fleksibel adalah budaya kerja yang memberikan keleluasaan bagi karyawannya untuk bekerja kapan pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun. 

Pola kerja remote seperti ini banyak diterapkan dalam budaya kerja startup dan perusahaan kreatif. 

Adapun kendala dalam budaya kerja fleksibel ialah efektivitas waktu. Perusahaan harus menerapkan jadwal yang ketat dan karyawan wajib memiliki manajemen waktu yang baik sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan. 

5. Budaya kerja berbasis kinerja 

Budaya kerja berbasis kinerja adalah budaya kerja yang mendorong masing-masing individu untuk memberikan kinerja sebaik mungkin. 

Sebagai bentuk apresiasi, perusahaan akan memberikan reward, misalnya dalam bentuk bonus, promosi jabatan, dsb. Contoh penerapan budaya kerja berbasis kinerja adalah ketika perusahaan voucher atau bonus kepada karyawan yang mencapai target kerja.

Nah, 5 jenis budaya kerja di atas adalah yang populer. Ada beberapa jenis budaya kerja lain, seperti adhocracy cultureclan culture, dan hierarchy culture.

Adhocracy culture/budaya adhokrasi menekankan inovasi dan kinerja individu. Clan culture menekankan organisasi horizontal layaknya keluarga. Sementara itu, hierarchy culture fokus pada struktur organisasi yang stabil dan menetapkan tanggung jawab dengan tegas.


⁠Manfaat Budaya Kerja yang Kuat dan Positif 

Dua orang karyawan wanita tampak tidak canggung berkolaborasi karena perusahaan menerapkan budaya kerja positif. (Sumber: Envato)

Tujuan utama penerapan budaya kerja ialah membangun kualitas SDM. Tapi, ada beberapa manfaat lain dari penerapan budaya kerja, yakni:

  1. Meningkatkan produktivitas: ⁠Karyawan yang bahagia tentunya akan bekerja dengan lebih produktif sehingga turut berperan dalam mencapai tujuan perusahaan. Nah, rasa bahagia karyawan itu dapat terwujud dengan budaya kerja yang positif sehingga karyawan pun sehat secara fisik maupun psikis.
  2. Mendorong inovasi: Apresiasi yang layak dan lingkungan kerja yang nyaman tentunya mendorong karyawan untuk terus berpikir kreatif dan berinovasi.
  3. Memperkuat kolaborasi tim: ⁠Budaya kerja yang positif akan menghadirkan kesadaran terkait tanggung jawab dan rasa menghargai antarkaryawan. Dengan ini, mereka akan dapat melakukan komunikasi dengan lebih baik dan dapat bekerja sama sebagai tim yang solid.
  4. Mengurangi stres dan burnout: Secara garis besar, burnout merupakan kondisi kelelahan fisik dan emosional di tempat kerja. Nah, salah satu cara untuk membuat karyawan terhindar dari burnout adalah penerapan budaya kerja yang positif. Dengan budaya kerja positif, karyawan juga akan lebih mudah mencapai work life balance.


⁠Implementasi dan Pengembangan Budaya Kerja 

Ilustrasi penerapan budaya kerja yang positif. (Sumber: Envato)

Berikut adalah bentuk implementasi dan pengembangan budaya kerja di sebuah perusahaan:

1. Langkah mengimplementasikan budaya kerja yang efektif 

Mengubah budaya kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yakni: 

  • Membuat visi misi yang lebih kuat.
  • Membentuk tim yang solid.
  • Mengubah pola komunikasi menjadi lebih terbuka.
  • Memberi ruang tumbuh bagi karyawan.
  • Bonding dengan karyawan.
  • Menciptakan lingkungan kerja yang sehat. 

Tantangan yang mungkin muncul dalam implementasi budaya kerja adalah sulitnya komunikasi, kesenjangan generasi, dan resistansi nilai. Untuk mengatasinya, beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah memperbaiki pola komunikasi, pelatihan yang intens, dan yang terpenting pimpinan perusahaan wajib memberi contoh dalam kesehariannya. 

2. Peran pemimpin dalam membentuk budaya kerja

Dalam membentuk budaya kerja, pemimpin perusahaan berperan mengarahkan anggota organisasinya untuk menjalankan perilaku positif yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan.  

Selain terlibat dalam setiap tahapan perubahan, pemimpin perusahaan harus memberikan contoh yang nyata. Melalui gaya kepemimpinan seperti ini, karyawan akan terinspirasi untuk menjalankan kebiasaan baru yang positif. 

3. Mengukur efektivitas budaya kerja 

Efektivitas budaya kerja dapat diukur menggunakan KPI atau key performance indicator. Terdapat dua indikator yang umum digunaka, yakni indikator finansial dan indikator nonfinansial. Dalam hal ini, yang lebih relevan adalah indikator nonfinansial.


⁠Studi Kasus dan Contoh Budaya Kerja 

Contoh implementasi budaya kerja yang berhasil. (Sumber: Envato)

Berikut adalah dua contoh perusahaan besar multinasional yang meraih kesuksesan melalui budaya kerjanya:  

Studi kasus: Google dan budaya kerja inovatif 

Google merupakan perusahaan yang menjalankan budaya kerja inovatif sekaligus fleksibel. Untuk sistem kerja, Google menetapkan sistem kerja hybrid bagi karyawannya. 

Ruang kerjanya pun dibuat senyaman mungkin, lengkap dengan fasilitas hiburan dan makan gratis. Setiap karyawan punya kesempatan untuk menyampaikan ide-idenya sehingga merasa diapresiasi. 

Tidak heran, mereka tumbuh menjadi karyawan yang berbakat dan kreatif. Budaya kerja semacam ini cocok diterapkan dalam budaya kerja startup atau industri kreatif. 

Studi kasus: Toyota dan budaya kerja berorientasi hasil 

Toyota memiliki budaya perusahaan Toyota Way, yang berfokus pada sumber daya manusia dan percaya bahwa unit terkecil satu perusahaan adalah karyawan. Untuk itu, mereka serius membangun SDM demi memajukan perusahaan. 

Prinsip lain yang dipegang oleh Toyota adalah hansei dan kaizenHansei dan kaizen dalam bahasa Jepang berarti terus-menerus dan berkesinambungan dalam hal perbaikan. Dengan prinsip ini, Toyota terus berupaya menghasilkan produk terbaik untuk bersaing di pasar.


⁠Dampak Positif Budaya Kerja Terhadap Produktivitas 

Tiga orang karyawan tampak punya produktivitas tinggi karena perusahaan tempat mereka bekerja menerapkan budaya kerja positif. (Sumber: Envato)

Melalui implementasi budaya kerja yang positif, perusahaan akan mendapatkan banyak manfaat, salah satunya adalah peningkatan produktivitas karyawan. Selain itu, terdapat beberapa manfaat lain, yakni:

1. Meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan 

Penurunan motivasi karyawan sering kali terjadi lingkungan kerja yang tidak sehat. Studi dari Universitas Diponegoro pada tahun 2014 menunjukkan terjadi peningkatan kepuasan secara signifikan yang diawali dengan budaya kerja yang baik pada perusahaan percetakan surat kabar. 

2. Mengurangi tingkat turnover dan absensi karyawan 

Beberapa perusahaan sering kali mengalami turnover atau pergantian karyawan akibat lingkungan kerja yang tidak nyaman. Selain itu, ketidakpuasan karyawan dengan budaya kerja dan burnout juga menyebabkan tingginya tingkat absensi.

Ketika perusahaan punya dan mengimplementasikan budaya kerja positif, tingkat turnover dan absensi karyawan kemungkinan besar akan menurun. 

3. Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam tim 

Budaya kerja yang baik tentunya memberi ruang bagi karyawan untuk merasa diapresiasi sehingga mereka akan memberikan ide-ide kreatifnya.

Salah satu cara untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam tim adalah penerapan budaya kerja kolaboratif. Melalui budaya kerja kolaboratif, karyawan tidak akan canggung atau mudah bekerja sama dengan rekan kerjanya.

Nah, ketika komunikasi kerja sudah berjalan efektif, inovasi dan kreativitas akan tumbuh karena setiap karyawan punya ruang untuk mengungkapkan ide mereka.


⁠Kesimpulan 

Implementasi budaya kerja yang tepat adalah salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas kerja. Terdapat lima jenis budaya kerja yang populer, yakni kolaboratif, inovatif, berorientasi terhadap hasil, fleksibel, dan berbasis kinerja.

Kelima jenis budaya itu akan memengaruhi lingkungan kerja dan tentunya cara interaksi di perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jadi, pastikan kamu juga melakukan riset terkait budaya kerja perusahaan sebelum mengirim lamaran, ya!

Kamu bisa mengetahui garis besar budaya kerja sebuah perusahaan dari akun sosial media mereka. Pada era digital seperti sekarang, banyak perusahaan besar sering mengunggah aktivitas kerja karyawan ke sosial media sebagai bentuk dari employer branding.

Nah, dari situ kamu bisa melihat gambaran besar bagaimana cara kerja dan interaksi antarkaryawan sebuah perusahaan. Cara lain untuk mengetahui budaya kerja adalah dengan membaca ulasan perusahaan di halaman job portal.

Bagaimana? Sudah siap melamar kerja? Yuk, persiapkan diri kamu untuk menggapai pekerjaan impian dengan membaca berbagai informasi dan Tips Karier di situs Jobstreet by SEEK. 

Kamu juga bisa mengakses ribuan konten pembelajaran gratis dan terhubung dengan pakar industri di KariKu dalam aplikasi Jobstreet.

Setelah itu, jangan lupa perbarui profil Jobstreet kamu dan temukan lowongan kerja yang tepat. 

Download aplikasi Jobstreet by SEEK di Play Store atau App Store dan nikmati kemudahan untuk mengakses informasi terbaru seputar dunia kerja hanya dalam satu genggaman saja! Semoga berhasil!


⁠Pertanyaan Seputar Budaya Kerja 

  1. Bagaimana cara memilih budaya kerja yang tepat untuk perusahaan saya?
    Setiap perusahaan memiliki budaya kerja yang berbeda. Hal ini sangat terkait dengan nilai-nilai dan karakter tiap perusahaan yang berbeda-beda pula. Namun, tujuan memiliki budaya kerja tetaplah sama, yaitu membangun SDM perusahaan.

    ⁠Nilai-nilai perusahaan dapat dilihat dari visi dan misi perusahaan. Pemimpin perusahaan juga perlu mempertimbangkan karakter karyawannya. Adapun latar belakang budaya sangat memengaruhi pandangan hidup dan akan terwujud dalam cara kerja yang berbeda-beda.

    ⁠Setelah mempertimbangkan hal ini, divisi SDM dapat melakukan pengambilan keputusan, manakah yang cocok bagi perusahaannya. Tidak lupa, karyawan diminta memberikan feedback sebagai bahan evaluasi.
  2. Apa saja tantangan dalam mengubah budaya kerja?
    Mengubah budaya kerja tidaklah mudah karena akan menghadapi beberapa tantangan, seperti masalah komunikasi, karakter pendiri perusahaan, kesenjangan generasi, dan resistansi. Masalah komunikasi antara divisi SDM dan divisi lain menyebabkan sulitnya proses sosialisasi. Budaya kerja baru di perusahaan sering kali bertentangan dengan pendiri perusahaan. Hal itu akan diperparah oleh kesenjangan generasi antarkaryawan. Akibatnya, akan terjadi perlawanan/resistansi terhadap nilai-nilai baru.
  3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah budaya kerja?
    Perubahan budaya kerja tidak terjadi dalam waktu sekejap. Perubahan perilaku dimulai dari individu, kemudian terakumulasi menjadi satu organisasi. Perubahan budaya ini dapat berlangsung bertahun-tahun. Sebagai contoh, Steve Jobs butuh waktu sekitar 1,5 tahun untuk melakukan perubahan budaya di Apple.
  4. Bagaimana menilai keberhasilan budaya kerja yang telah diterapkan?
    Keberhasilan penerapan budaya kerja di perusahaan akan terlihat dalam struktur organisasi dan perilaku individu. Dalam organisasi, akan terlihat bahwa organisasi semakin horizontal, semua anggota merasa memiliki organisasi, dan tercipta keadilan.

    ⁠Dari sisi individu, akan terjadi perubahan perilaku yang menuju ke arah positif. Apa pun jabatannya, karyawan akan memiliki jiwa kepemimpinan dan sikap menghormati karyawan lain. Ciri-ciri lainnya adalah tercipta kesadaran akan tanggung jawab sehingga tidak ada keterpaksaan dalam bekerja.

    ⁠Perilaku positif lainnya bisa berupa sikap partisipatif dan responsif. Karyawan tidak segan menyalurkan segala potensinya untuk perusahaan karena apresiasi yang baik. Karyawan pun sadar akan pentingnya kerja sama demi kemajuan perusahaan.

More from this category: Kehidupan kerja

Telusuri istilah pencarian teratas

Tahukah Anda bahwa banyak kandidat yang menyiapkan resume dan meneliti suatu industri dengan menjelajahi istilah pencarian teratas?

Berlangganan Panduan Karir

Dapatkan saran karier dari ahli yang dikirimkan ke kotak masuk Anda.
Dengan memberikan informasi pribadi Anda, Anda menyetujui Pemberitahuan Pengumpulan dan Kebijakan Privasi. Jika Anda berusia di bawah 21 tahun, Anda memiliki izin dari orang tua agar Jobstreet dan afiliasinya memproses data pribadi Anda. Anda dapat berhenti berlangganan kapan saja.