“Yang saya mau adalah pendidikan”. Malala Yousafzai
Malala Yousafzai, gadis 17 tahun ini dianugerahi Nobel Peace Prize 2014 pada 10 Oktober 2014. “Penghargaan ini adalah cerminan dari usaha kerasnya melawan penindasan terhadap anak-anak dan kaum muda untuk mendapatkan pendidikan yang layak.” Kata Panitia Nobel.
Malala lahir di Mingora, Pakistan disebuah lembah bernama Swat. Kampung halamannya menjadi sebuah tujuan wisata populer para tamu mancanegara pada festival musim panas lalu. Namun kampung halamannya berubah ketika Taliban mulai mengusai tempat tersebut. Anggota Taliban mempercayai dan mengikuti petuah dari aliran Islam ektrim yang menyatakan bahwa anak gadis tidak seharusnya bersekolah.
Sejak Mingora diambil alih oleh Taliban, seluruh sekolah perempuan di Swat dihancurkan, termasuk sekolah Malala. Setelah serangan yang terjadi pada tahun 2009, Malala mulai menulis untuk BCC dengan nama samaran Gul Makai. Malala menceritakan hidupnya dibawah pendudukan Taliban, upaya mereka menguasai lembah, dan pandangannya tentang mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan di lembah Swat. Pada bulan Desember pada tahun yang sama, identitasnya sebagai penulis blogger BBC terkuak. Dia melanjutkan menyeruakan hak-haknya, dan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan.
Aksinya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan langsung mendapatkan perhatian dan dia berhasil masuk nominasi untuk kategori International Children’s Peace Prize 2011. Dia juga dianugerahi Pakistan’s National Youth Peace ditahun yang sama.
Taliban yang mengetahui aksi dari Malala mengancam untuk membunuhnya. Malala ketakutan, karena keselamatannya terancam, begitu juga keluarganya, apalagi sang ayah merupakan aktivis anti-Taliban. Keluarganya awalnya mengira kelompok fundamental tesebut tidak akan membahayakan anak-anak. Namun, pada sore hari di tanggal 9 Oktober 2012, seorang pria Taliban bersenjata datang menghampiri rumah Malala dengan sebuah bus. Pria tersebut mencari Malala. Ketika teman-temannya memandang ke arah Malala, pria bersenjata tersebut menembak Malala dan mengenai bagian kiri kepalannya.
Tembakan tersebut membuat Malala berada dalam keadaan kritis dan segera dilarikan ke rumah sakit militer di Peshawar. Untungnya, otaknya tidak terluka parah. Hingga akhirnya dia terbang ke Birmingham, Inggris untuk menjalani perawatan dan memperbaiki syaraf wajahnya juga rehabilitasi.
Satu tahun kemudian, Malala melanjutkan pendidikannya di Birmingham. Peristiwa penembakan tersebut membuat namanya menjadi terkenal dan banyak dukungan menghampirinya. Dia kemudian berlanjut untuk tinggal di Inggris.
Pada ulang tahun ke 16, dia memberikan pidato dihadapan para petinggi PBB pada Juli 2013. Pada pidatonya dia menyerukan pada dunia untuk membuka akses pendidikan pada semua orang, dan pada September 2013 dia membuka perpustakaan Birmingham. Malala juga menuliskan autobiografinya, “I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban” yang dirilis pada Oktober 2013.
Malala menerima banyak sekali penghargaan untuk keberaniannya menegakan hak setiap orang mendapatkan pendidikan, termasuk Pakistan’s first National Youth Peace Prize, Sakharov Prize 2013, dan masih banyak lagi. Dia juga dinominasikan sebagai World Children’s Prize di Swedia dan juga gelar doktor oleh University of King’s College di Halifax.
Meskipun Malala mendapatkan berbagai banyak dukungan, nyawanya masih terancam dari intaian Taliban.