Kepergian seorang talent adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Apakah mereka pergi untuk memulai perusahaan baru, pindah ke tempat yang baru atau bergabung dengan kompetitor, semua perusahaan akan merasa tersengat kehilangan talent terbaik mereka.
Seperti yang disampaikan oleh Cameron Edmond dalam HC Online, pada sebuah konferensi baru-baru ini, sebuah firma hukum Holding Redlich menjabarkan potensi kerusakan ketika seorang eksekutif meninggalkan perusahaan, beserta bagaimana cara mengatasinya.
Stephen Trew, seorang partner dari Holding Redlich menyatakan bahwa ketika seorang karyawan pergi, perusahaan berisiko kehilangan properti intelektual, strategi dan informasi sensitif. Hal ini juga bisa merusak moral karyawan dan bisa berakibat karyawan yang lain ikut-ikutan pergi.
Semua ini bisa menguntungkan bagi kompetitor. Eksekutif yang pergi namun menetap di bidang pekerjaan yang sama berpotensi untuk memulai perusahaan yang sejenis atau bergabung dengan kompetitor dengan membawa aset, pengetahuan dan informasi penting yang dimilikinya yang telah didapat dari perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya.
Sebuah cara yang digunakan untuk mencegah hal ini adalahrestrain of trade. Ini adalah sebuah perjanjian atau istilah kontrak yang membatasi kegiatan dari seorang individu. Pembatasan ini bisa berlaku selama bekerja, namun bisa juga berlaku sesudahnya. Pembatasan ini bisa terdapat dalam kontrak kerja atau perjanjian terpisah mengenai kerahasiaan.
Jennifer Teh, senior partner dari Holding Redlich menyatakan pembatasan ini bisa melindungi perusahaan dari beberapa risiko seperti informasi rahasia, hubungan dengan pelanggan dan hubungan dengan staff.
Perjanjian ini biasanya berlaku dalam berapa periode waktu tertentu (6 – 12 bulan) di mana mantan karyawan tidak bisa bekerja di bidang tertentu setelah keluar dari perusahaannya yang lama. Periode waktu bisa tergantung industri masing-masing. Misal pada industri IT waktu perjanjian bisa lebih singkat karena sifat IT yang terus berubah.
Untuk membantu kekuatanrestrain of tradeini dan untuk membangun prosedur untuk membatasi risiko dari kepergian karyawan, perusahaan harus mengambil beberapa langkah:
Risiko bagi tiap perusahaan adalah berbeda. Perusahaan harus mengidentifikasi di mana dan bagaimana risiko dalam bisnis mereka, kemudian bangun strategi, kebijakan dan sistem untuk mengatasi risiko tersebut.
Jangan sampai karyawan menemukan celah dalam kontrak kerja, untuk itu sejumlah klausul bisa diterapkan tergantung situasi. Hal ini termasuk hal mengenai cuti, kerusakan, pembatasan kegiatan usaha dan klausul mengenai informasi rahasia dan properti intelektual. Sangat penting untuk memahami tujuan dan definisi dari masing-masing klausul dan gunakan mereka secara benar.
Juga penting bagi perjanjian untuk selaluup-to-date. Dengan berkembangnya aktifitas bisnis perusahaan, perjanjian awal mungkin sudah tidak berlaku bagi kondisi terakhir, kondisi hukum terkini dan sifat pekerjaan saat ini.
Hal ini juga masuk ke dalam alasan kenapa karyawan pergi. Perusahaan harus mempertimbangkan bonus dan strategi remunerasi yang baik dan mempelajari bagaimana remunerasi bisa mendukung retensi karyawan.
Perusahaan bisa membatasi di area mana informasi dapat disimpan dan apakah itu bisa disebarkan (misal melalui email) oleh karyawan. Hal ini bisa mencegah pencurian informasi rahasia. Namun batasan ini bisa melemahkan fungsi organisasi di dunia digital, oleh karenanya kebijakan ini jangan sampai terlalu restriktif. Walau perusahaan lama mungkin tidak bisa menghentikan karyawan dari pembocoran informasi, namun hal itu bisa menahan mereka seolah mereka mempunya kontrak untuk tidak membocorkan informasi.
Kontraktor atau rekanan juga dapat menimbulkan risiko bagi organisasi, sebagaimana grup, transaksi perusahaan dan usaha gabungan. Ini semua adalah fungsi dan elemen yang mempengaruhi perusahaan dan harus dipertimbangkan.
Sumber: Portalhr.com