Dalam dunia kerja, seseorang yang bekerja keras tentu akan dihargai atasan dan rekan kerja. Tetapi, ada kalanya seorang hard worker menjadi seorang workaholic, yang justru tidak bagus. Apa itu workaholic? Apa bedanya dengan hard worker?
Penting untuk mengetahui perbedaan workaholic dengan hard worker karena, walaupun sama-sama membuahkan hasil kerja yang banyak, mereka tetap memiliki dampak yang drastis berbeda. Artikel ini akan menjabarkan perbedaan workaholic dan hard worker, dan juga memberi gambaran kinerja yang optimal untuk para Jobseekers!
Kerja sepanjang jam kerja saja sudah buat lelah, apalagi kalau harus kerja sampai larut malam, bukan? Orang-orang pada umumnya justru ingin cepat pulang agar bisa santai, nonton film, atau quality time.
Tetapi, zaman sekarang sudah marak hustle culture dalam dunia kerja. Apa itu hustle culture? Hustle culture mengacu kepada kecenderungan untuk kerja terus menerus tanpa istirahat demi sukses. Culture ini sering kali dianut oleh para workaholic.
Kalau untuk seorang hard worker, lembur itu memang menyebalkan, tetapi mereka akan bersedia tinggal di kantor sedikit lebih lama demi dapat menyelesaikan sisa tugas mereka dengan tim. Kadang mereka juga merasa lembur sedikit lebih baik dibanding menunda-nunda dan membawa pulang pekerjaan. Selain itu, ini jadi cara mereka memastikan mereka tidak diganggu waktu weekend.
Intinya, seorang hard worker akan lembur jika ada kebutuhan saja. Jika malam itu ada pesta ulang tahun anak, atau anniversary dinner, atau mereka sudah merasa mulai sakit demam, mereka tidak akan lembur. Pekerjaan masih bisa dilanjutkan dengan optimal di hari kerja selanjutnya.
Tetapi, bagi seorang workaholic, batasan-batasan semacam itu tidak ada. Seorang workaholic akan secara sukarela tinggal di kantor lebih lama sampai larut. Walaupun ada rekan kerja yang bersedia membantu agar sama-sama bisa pulang lebih cepat, workaholic lebih suka lembur dan bekerja saja.
Hal ini karena, bagi workaholic, ada sebuah kegelisahan jika mereka tidak bekerja, atau jika orang lain yang mengerjakan tugas tersebut dan bukan mereka. Kegelisahan ini membuat si workaholic ingin lembur, bahkan jika itu berarti mereka harus mengorbankan hal-hal lain di luar kehidupan kantor.
Jika kamu sudah sering melewatkan pesta ulang tahun anak, kumpul dengan teman-teman, dan kamu sudah terbiasa bekerja walaupun demam, mungkin kamu sudah memasuki ranah workaholic dan hustle culture.
Keinginan untuk menang dan menjadi yang terbaik itu manusiawi. Hal ini juga lazim terjadi di kantor, seperti penghargaan best employee of the month, naik jabatan, mendapat bonus, dan lain-lain.
Seorang hard worker akan melakukan yang terbaik dalam semua tugas mereka di kantor. Hal ini dipacu oleh keinginan hard worker untuk bersaing dengan diri mereka sendiri yang sebelumnya. Bulan lalu mencapai target dalam jumlah sekian, maka bulan ini harus lebih tinggi dari itu!
Sifat kompetitif hard worker itu tidak akan mengakibatkan konflik dengan rekan kerja mereka. Justru, sifat ini dapat memotivasi rekan kerja lain untuk melakukan yang terbaik juga. Hard worker akan fokus kepada perkembangan pribadi, sekaligus merangkul teman sekantor mereka.
Namun, seorang workaholic tidak hanya kompetitif dengan diri sendiri; workaholic akan melihat rekan kerjanya sebagai saingan juga. Seorang workaholic ada keinginan untuk menjadi yang terbaik di kantor, dan mereka akan sangat kesal jika yang terbaik itu bukan mereka.
Seorang workaholic umumnya tidak melihat teman-teman sekantornya sebagai teman, melainkan saingan kerja semata. Maka dari itu, workaholic umumnya tidak memiliki hubungan yang akrab dengan rekan kerja.
Jika ada yang lembur satu jam, si workaholic tidak akan mau kalah dan akan lembur tiga jam. Di sisi lain, si hard worker akan santai saja. Jika ada waktu, mereka bisa membantu temannya yang lembur atau mencicil pekerjaan mereka selanjutnya. Tapi, mereka tahu kapan harus membatasi diri jika ada rencana atau harus beristirahat.
Ketika kamu memiliki karir, kamu memiliki dua dunia yaitu dunia kerja dan dunia pribadi. Untuk seorang hard worker, rasio kedua dunia ini cukup seimbang. Namun, untuk seorang workaholic, dunia kerja mendominasi kehidupan mereka, sampai dunia pribadi nyaris nihil.
Seperti yang telah dikatakan, seorang hard worker cenderung tidak akan memprioritaskan lembur di atas rencana-rencana mereka yang lain. Seorang hard worker akan tetap bekerja dengan fokus dan maksimal di jam kerja tetapi juga tetap menggunakan waktu weekend mereka untuk keluarga, teman-teman, dan diri mereka sendiri.
Lalu, seorang hard worker akan menggunakan waktu libur mereka dengan baik. Mereka akan merayakan tahun baru, mengambil cuti untuk kebutuhan istirahat, mengajak keluarga liburan, bersenang-senang dengan teman, dan lain-lain. Hidup mereka tidak sebatas lingkungan kantor saja.
Di sisi lain, seorang workaholic tidak memiliki work-life balance semacam itu. Mereka cenderung tidak akan mengambil cuti dan tidak akan mengambil waktu untuk berliburan. Hustle culture yang mereka anut menuntut mereka untuk hidup demi kerja, bukan kerja demi hidup. Selagi masih ada waktu untuk kerja, mereka akan bekerja meski itu hari libur.
Oleh karena itu, seorang workaholic cenderung akan mengabaikan keluarga dan teman-teman mereka demi pekerjaan. Singkat kata, seorang workaholic tidak memiliki work-life balance.
Setelah mengetahui perbedaan workaholic dengan hard worker, kira-kira kamu masuk kategori apa? Perhatikanlah pola kerjamu dan berhati-hati jika mulai merasa sulit atau bersalah untuk beristirahat dari pekerjaan, karena menjadi workaholic jelas memiliki banyak dampak negatif ke work-life balance. Untuk lebih memahami sifat workaholic, berikut pro dan kontra-nya!
Workaholic | |
Pro | Kontra |
|
|
Baik untuk hard worker ataupun workaholic, hustle culture masih menjadi sebuah masalah. Jika tidak mengelola tekanan budaya ini, kamu akan mengalami burnout. Oleh karena itu, kinerja harus diregulasi.
Apakah kamu pernah mendengar peribahasa “work smarter, not harder”? Apa perbedaan kedua hal tersebut? Yang mana yang lebih bermanfaat?
Work harder mengacu kepada hustle culture yang selalu menuntut pekerja untuk bekerja sepanjang waktu dan dengan cara yang lebih tradisional. Work smarter adalah konsep yang mengajak pekerja untuk tetap menyelesaikan tugas-tugasnya tetapi dengan strategi yang lebih efektif dan inovatif.
Seorang hard worker sebaiknya work smarter, dalam arti bijaksana dalam mengatur waktu dan kinerjanya agar mencapai work-life balance yang optimal. Hard worker yang work smarter juga akan lebih kreatif dalam menyelesaikan tugas, sehingga pekerjaan dapat selesai lebih cepat dan lebih mudah.
Mengetahui perbedaan workaholic dan hard worker, dan perbedaan work harder dan work smarter, itu penting bagi pekerja agar dapat menyeimbangkan karir dengan kehidupan pribadi.
Work-life balance itu penting demi wellbeing Jobseekers. Wellbeing mengacu kepada kesehatan dan kesejahteraan hidup. Kalau kedua hal ini tidak dijaga, kamu tentu akan cepat merasa burnout. Burnout itu berbahaya tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga untuk semangat kerja ke depannya.
Ingat, hard worker yang mampu menjaga work-life balance dan wellbeing-nya akan lebih jauh dari rasa burnout, sehingga semangat kerjanya akan bertahan lebih lama dan bisa menghasilkan pekerjaan yang kualitasnya baik. Maka dari itu, masa karir seorang hard worker akan lebih panjang dan cenderung lebih bahagia.
Di sisi lain, seorang workaholic yang tidak memiliki kehidupan pribadi yang baik akan lebih cepat merasa lelah dan stress, dan akhirnya merasa burnout. Hal ini akan mengakibatkan hubungan sosial yang tidak sehat, karir yang tidak membahagiakan, dan kesehatan yang menurun.
Untuk kamu yang ingin bekerja di pekerjaan idaman, tanpa harus mengorbankan work-life balance, kamu dapat menggunakan layanan JobStreet! Perbarui profil JobStreet kamu sekarang untuk mendapatkan akses penuh ke semua jasa JobStreet. Setelah itu, kamu bisa menemukan tempat kerja yang cocok dengan #BebasDrama!
Kunjungi laman Tips Karir untuk mendapatkan lebih banyak tips tentang work-life balance, persiapan cari kerja, menghadapi lingkungan kantor, dan lain-lain. Kamu juga bisa mendapatkan info soal gaji, template CV dan Cover Letter di laman Bantuan Karir.
Bawa JobStreet dimanapun kamu berada dengan mengunduh aplikasi JobStreet di Google Play dan App Store. Dengan begitu, kamu dapat terus terkoneksi bersama JobStreet tanpa ribet!
Di JobStreet kami selalu berupaya mengantarkan pekerjaan yang bernilai untuk Anda. Sebagai Partner karir, kami berkomitmen membantu pencari kerja menemukan passion dan tujuan dalam setiap langkah karir. Sebagai Partner Talent nomor 1 di Asia, kami menghubungkan perusahaan dengan kandidat tepat yang dapat memberikan dampak positif dan berkualitas kepada perusahaan.
Temukan pekerjaan yang bernilai untuk Anda. Kunjungi JobStreet hari ini.
Tentang SEEK Asia
SEEK Asia, gabungan dari dua merek ternama Jobstreet dan jobsDB, adalah portal lowongan pekerjaan terkemuka dan destinasi pilihan untuk pencari dan pemberi kerja di Asia. Kehadiran SEEK Asia menjangkau 7 negara yaitu Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam. SEEK Asia adalah bagian dari SEEK Limited Company terdaftar di Bursa Efek Australia, portal lowongan pekerjaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. SEEK Asia dikunjungi lebih dari 400 juta kali dalam setahun.
Tentang SEEK Limited
SEEK adalah grup perusahaan yang beragam, dengan portofolio yang kuat yang mencakup usaha lowongan pekerjaan daring , pendidikan, komersial dan relawan. SEEK hadir secara global (termasuk di Australia, Selandia Baru, Cina, Hong Kong, Asia Tenggara, Brazil dan Meksiko), yang menjangkau lebih dari 2,9 miliar orang dan sekitar 27 persen PDB global. SEEK memberikan kontribusi positif kepada orang-orang dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Bursa Efek Australia, yang menempatkannya sebagai 100 perusahaan teratas dan telah diperingkat sebagai 20 Perusahaan Paling Inovatif oleh Forbes.